Semuanya bermula dari hati.
Hati bagai seorang raja yang mengepalai angkatan perangnya. Ia berhak memerintah, berkehendak dan memaksa maupun melarang sekehendaknya. Ketika seorang bapak melihat dari tingkah laku anaknya yang kurang baik, bapak yang mengerti akan mulai masuk kedalam hati anak, ia mencoba menyelami keinginan dan jiwanya, ketika bapak bisa memahami sang anak dan hati anak telah dapat dikuasainya, bapak tadi akan mudah mengarahkan anak tadi pada keinginannya.
Seorang pimpinan perusahaan yang pandai mengambil hati karyawannya, ia akan dihormati dan disegani. Seorang guru yang menguasai ilmu hati akan dicintai dan dekat dengan para muridnya.
Bila dalam sebuah kerajaan ada seorang Raja yang zalim pada rakyatnya karena beberapa ketentuan yang ia terapkan, maka langkah pertama yang tepat untuk dilakukan adalah dengan mendatangi raja tersebut oleh seorang `alim, bijak dan disegani. Ia secara perlahan mulai menjelaskan dampak negatif dari ketentuan tersebut. Kalau pada pertemuan pertama ia belum bisa menerima, teruskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Dan coba masuk pada jalan lain kedalam hatinya.
Adapun bila mengerahkan rakyat untuk berdemo secara langsung pada Raja, itu bukanlah cara yang tepat. Bahkan bisa berdampak lebih buruk. Raja dengan segala keangkuhannya akan mengerahkan semua prajuritnya untuk menangkap rakyat yang membangkang, mereka akan dihukum, disiksa dan dibunuh.
Sesungguhnya, hati kecil manusia cenderung pada kebenaran, hanya saja diri mereka terkadang dikuasai oleh kebodohan, setan, hawa nafsu, syahwat dan manusia jahat yang ada disekitar dirinya. Ketika ada seorang `alim yang datang dengan cara lembut, hikmah, penuh cinta dan kasih sayang, hati yang keras itupun dengan perlahan akan menjadi lunak juga, insya Allah.
Allah mengingatkan Rasulullah Saw. untuk tidak bersikap keras dan kasar dalam dakwah beliau, karena hal demikian akan membuat orang-orang menjauh dan berpaling dari beliau. Sehingga sejarah telah mencatat betapa para sahabat begitu mencintai Rasulullah Saw. melebihi kecintaan mereka atas diri mereka sendiri, atas orang tua, anak dan istri mereka, sehingga mereka rela berkorban segala hal untuk beliau, berkorban harta, waktu , tenaga, meninggalkan kesenangan dunia untuk ikut berjihad bersama beliau dan bahkan rela berkorban nyawa melindungi Rasulullah Saw. dari serangan musuh dengan diri mereka dan bahkan juga memerangi orang tua yang menentang dakwah beliau. Semua itu karena Rasulullah Saw. telah dapat menguasai hati para sahabat beliau.
Kembali pada hati, kita tidak akan bisa merubah sikap buruk orang pada kita , tapi rubahlah hatinya pada kita dengan sikap yang lembut padanya, kita juga tak akan bisa merubah sebuah sistem sebelum kita bisa menguasai hati pembuat sistem, sehingga pada nantinya mereka sendiri yang akan memperbaiki kesalahan mereka karena adanya keterpanggilan dari hati mereka.
Manusia juga bukanlah seperti kerbau yang ketika salah, lambat, tidak menurut, lalu di hardik, dipukuli, dibentak dan seterusnya. Tapi manusia punya hati yang didalamnya berkumpul berbagai rasa, keinginan dan kecenderungan. Dan hati sangat sensitif, ia tidak bisa di sikapi dengan cara keras dan kasar. Ia perlu akan adanya kasih sayang, perhatian yang terus menerus, adanya cinta dan penghargaan yang tulus.
Mari kita cobakan pada diri kita, ketika seseorang yang kita kenal begitu baik, perhatian , sering menolong, selalu datang pertama disaat kita butuh, penulis yakin kita pasti akan sayang dan cinta pada orang itu dan kita sangat ingin bisa membalas kebaikan itu dengan yang lebih baik.
Menguasai hati memang sulit dan perlu kesabaran, karena tidak dinamakan hati melainkan seringnya ia berbolak balik, namun ketika ia telah dikuasai, semuanya akan menjadi mudah, insya Allah.
Semoga bermanfaat.
http://www.eramusli m.com/oase- iman/memulai- dari-hati. htm
0 komentar:
Post a Comment