***AHLAN WA SAHLAN WA MARHABAN BIKUM DI BLOG ADI MANSAH LUBIZ*** assalamualaikum Pictures, Images and Photos
zwani.com myspace graphic comments
Graphics for Welcome Comments

Monday, August 24, 2009

Tentang Puasa


Oleh : Buya Hamka

(Tafsir Surah Al Baqarah ayat 183 - 185)

Puasa bulan Ramadhan telah termasuk salah satu dari lima Rukun (tiang) Islam. Dalam bahasa

Arab puasa disebut shiyam atau shaum, yang pokok artinya ialah menahan. Di dalam peraturan

Syara' dijelaskan bahwasanya shiyam menahan makan dan minum dan bersetubuh suami istri

dari waktu fajar sampai waktu maghrib, karena menjunjung tinggi perintah Allah. Maka setelah

nenek moyang kita memeluk Agama Islam kita pakailah kata PUASA buat menjadi arti daripada

shiyam itu. Karena memang sejak agama yang dipeluk terlebih dahulu, peraturan puasa telah

ada juga. Maka bersabdalah Tuhan: "Wahai orang-orang beriman ! Diwajiban kepada kamu

puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu." (pangkal ayat

183).

Sahabat Nabi kita, salah seorang ahli tafsir yang terkenal pula, yaitu Abdullah bin Mas'ud

pernah mengatakan, bahwa apabila sesuatu ayat telah dimulai dengan panggilan kepada orang

yang percaya, sebelum sampai ke akhirnya kita sudah tahu bahwa ayat ini akan mengandung

suatu perihal yang penting ataupun suatu larangan yang berat. Sebab Tuhan Yang Maha Tahu

itu telah memperhitungkan terlebih dahulu bahwa yang bersedia menggalangkan bahu buat

memikul perintah Ilahi itu hanya orang yang beriman. Maka perintah puasa adalah salah satu

perintah yang meminta pengorbanan kesenangan diri dan kebiasaan tiap hari. Kalau perintah

tidak dijatuhkan kepada orang yang beriman tidaklah akan berjalan. Orang yang merasa dirinya

ada iman bersedia menunggu, apa agaknya perintah yang akan dipikul itu. Dan bersedia

merubah kebiasaannya, menahan nafsunya dan bersedia pula bangun di waktu sahur (dini hari)

dan makan pada waktu itu, karena Tuhan yang memerintahkan. Dia bersedia menahan

seleranya membatasi diri di dalam melakukan suatu latihan yang agak berat.

1 / 3

Puasa (1)

Dengan ini dapatlah kita fahamkan bahwasanya peraturan puasa bukanlah peraturan yang baru

diperbuat setelah Nabi Muhammad saw diutus saja, melainkan sudah diperintahkan juga

kepada ummat-ummat terdahulu. Meskipun Kitab Taurat tidak menerangkan peraturan puasa

sampai kepada yang berkecil-kecil, namun di dalamnya ada pujian dan anjuran kepada orang

supaya berpuasa.

Nabi Musa sendiri pernah puasa 40 hari. Sampai kepada zaman kita ini orang Yahudi masih

tetap melakuka puasa pada hari-hari tertentu; puasa satu minggu sebagai peringatan

hancurnya Yerusalem dan diambilnya kembali. Puasa hari ke sepuluh pada bulan ketujuh

menurut perhitungan mereka, yang mereka puasakan sampai malam.

Dalam kita Injilpun tidaklah diberikan tuntunan puasa sampai kepada yang berkecil-kecil. Nabi

Isa al Masih menganjurkan berpuasa, tetapi jangan dilagakkan. Buatlah seakan-akanorang

tidak tahu bahwa engkau puasa; minyaki rambut baik-baik, dan cuci muka supaya jangan

kelihatan kusut karena puasa. Puasa orang Kristen yang terkenal ialah Puasa Besar sebelum

Hari Paskah. Nabi Musa mempuasakan hari itu, demikian juga Nabi Isa dan murid-murid beliau.

Kemudian gereja-gereja memutuskan pula hari-hari yang lain buat puasa, menurut yang

diputuskan oleh pendeta-pendeta mereka dalam sekte masing-masing. Ada juga

mempuasakan diri di hari-hari tertentu dari makanan tertentu, sebagai puasa dari daging, puasa

dari ikan, puasa dari telur dan susu. Adapun puasa mereka menurut peraturan lam, makan

hanya sekali dalam sehari semalam itu, tetapi kemudian ada perubaha, yaitu masa dari tengah

malam sampai tengah hari.

Orang Hindupun mempunyai puasa, demikian pula penganut agama Budha Biksu (pendeta

Budha) berpuasa sehari semalam, dimulai tengah hari tetapi boleh minum.

2 / 3

Puasa (1)

Dalam agama Mesir purbakalapun ada juga peraturan puasa, terutama atas orang-orang

perempuan. Bangsa Romawi sebelum Masehi-pun berpuasa. Di dalam surah Maryam kita lihat

bahwasanya Nabi Zakaria dan Maryam, ibu Nabi Isa-pun mengerjakan puasa. Selain

menurutiperaturan tidak makan dan tidak minum dan tidak bersetubuh (bagi Nabi Zakaria),

berpuasa juga dari bercakap.

Dengan demikian dapatlah kita simpulkan bahwasanya puasa adalah syariat yang penting di

dalam tiap-tiap agama, meskipun ada perubahan-perubahan hari ataupun bulan. Setelah

Rasulullah s.a.w. diutus ditetapkanlah puasa buat ummat Islam pada bulan Ramadhan dan

dianjurkan pula menambah (tathawwu') denga hari-hari yang lain.

Perjalanan Hidup

Gulat Di Pantai Matrouh

Di Rumahku Multazam

Berkelana Di Dimyath

Raksul Barr Dimyath


Peta Raksul Barr Dimyath

Tuesday, August 18, 2009

Kebinalan Saat Bulan Puasa


Oleh : Adi Alfarouq

kayak yang lo ketahui gw kalo bulan puasa itu rajin sholat tarawih sama temen2. inilah jadwal gw saat tarawih bulan puasa.-hari pertama : sholat isya+ sholat tarawih full + sholat witir-hari ke sepuluh : sholat isya + sholat tarawih 8 rokaat + witir dirumah (kalo inget)-hari ke 15/20 : sholat isya + sholat tarawih 4 rokaat - witir-hari2 terakhir : sholat isya + keluyuran nyari petasan
hobi gw kalo bulan puasa itu jalan2 muter2 komplek. kadang2 iseng juga, keisengan pertama itu "mencet-mencetin bel rumah orang" pemilik rumah pernah sampe lari2 pake anduk doang dikira ada tamu ternyata cuma angin, besok2nya dia masuk angin. saking seringnya gw dan temen2 gw pernah ke-gab tukang becak.tukang becak : OOH JADI ELU YANG PENCET2IN BEL NI RUMAH??gw : (panik, kebetulan hari itu bukan gw yg pencet)tersangka : e..engga bang, rame2 kokgw dan temen2 lain : (pura2 gak kenal, stay cool, sebagian kabur)tersangka : (keringet dingin ngeliat tu tukang becak nyerocos aja dengan nafas khas baujengkol)tersangka : maap bang.. ga lagi2 deh (langsung cabut tanpa perasaan)disaat seperti ini emang solidaritas tak berlaku lagi, apalagi yg dihadapi tukang becak yg betisnya kayak tales bogor. keisengan kedua kta itu mutusin bendera bekas 17an, begini metodenya1. ada bendera yg msh nyambung diantara tiang2 listrik2. lait keadaan ada tukang becak apa engga3. sangkutin sarung ke tali bendera tsb4. betot/tarik sampe pada putus smua5. kabur dengan hasil jalanan dipenuhi benderakeisengan ini juga pernah ke-gab tp bukan sama tukang becak, sama ibu2. si ibu pertama cuma bengong, trus dia bilang "mas bendera yang di gang sebelah cabutin skalian dong" anjrit!! dikira kita itu tukang bersih2 komplek, dia gak liat jg metode kita pake sarung, sungguh sial. keisengan ketiga itu matiin lampu2 yg ada dijalanan komplek, ini emang yang paling iseng, kalo kita liat ada steker (ctek2an yg ada di tiang listrik buat nyalain ato matiin lampu jalan) kita langsung matiin trus kabur, alhasil jalanan jadi gelap, tapi cuma disatu titik. kejadian kedua, kita gak tau kalo steker ini pararel, jd kalo dimatiin lampu jalan satu kampung mati semua, temen gw dengan enaknya ngematiin lampu tersebut dan klaaap!!! jalanan sekomplek gelap gulita, kedengeran suara tukang becak yg kayak mesin parutan kelapa tereak2 kesetanan, ada yang baca2 doa dikira bakal kiamat, ada suara emak2 yang cempreng bgt dia bilang " ANAK SETAN" gw ama temen gw yg gak bisa saling liat kabur2an aja, tiba2 lampu nyala lg, ternyata yang nyalain om2 berkacamata, dia bilang "wah lampunya korslet lagi" tukang becak bilang "oh..korslet mas? saya kira dimatiin ama bocah2 " kita selamat karena kesotoyan orang berkacamata tadi. korslet gimana orang jelas2 tadi stekernya turun. emang tidak semua orang berkacamata itu pinter.emang itu keisengan2 gw sama temen2 saat bulan puasa, ckckck, emang peristiwa ini uda lumayan lama tapi, si tukang becak setiap bulan puasa selalu stand by ngejagain rumah yg ada belnya, dan sesekali kalo gw lewat di depannya dia, dia cuma bisa ngeliatin dengan tatapan iblis, asem banget si tampangnya.
udalah yg penting jangan ditiru yaa..hehe

http://bolaisbundar.blogspot.com/2009/05/kebinalan-saat-bulan-puasa.html#comment-form

Nasihat Nabi Muhammad dalam menyambut bulan puasa..

Oleh : Adi Mansah Suardi

Wahai, manusia! Telah datang kepada kalian bulan Allah dengan berkah, rahmat dan maghfirah (keampunan)- Nya. Bulan paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang utama. Jam demi jam adalah jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-napasmu merupakan tasbih, tidurmu ibadah, amal-amal baikmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca kitab-Nya.


Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, saat kelaparan dan kehausan dihari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu. Sayangilah yang muda. Sambungkanlah tali persaudaraanmu. Jaga lidahmu. Tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak yatim niscaya anak-anakmu dikasihi manusia. Bertobatlah kamu kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu-waktu shalatmu, karena itulah saat-saat utama ketika Allah 'Azza wa Jalla memandang hamba-hamba- Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.


Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena dosamu, maka ringankanlah dengan sujudmu. Ketahuilah! Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang Shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabbul 'Alamin.


Wahai manusia ! Barang siapa diantaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak, dan ia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu."

Sahabat-sahabat bertanya: "Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian."

Rasulullah meneruskan: "Jagalah dirimu dari api neraka, walaupun hanya dengan seteguk air. Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya pada bulan ini akan berhasil melewati shirat (jembatan menuju surga) pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan memudahkan pemeriksaan- Nya dihari kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan silaturahmi di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barang siapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari neraka. Barang siapa melakukan shalat fardhu, baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan lainnya.

Barang siapa memperbanyak shalawat di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangan amal baiknya pada hari ketika timbangan yang lain ringan. Barang siapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Qur'an, sama nilainya dengan mengkhatam Al-Qur'an pada bulan yang lain.

Wahai manusia ! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar Ia tidak akan pernah menutupkannya lagi. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonkan kepada Tuhanmu agar Ia tidak pernah membukanya bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka bermohonlah kepada Tuhanmu agar mereka tidak lagi menguasaimu. "

Ali ibn Thalib ra berkata: "Saya bertanya ya Rasullullah, apakah amal (perbuatan) yang terbaik dalam bulan ini?"

Beliau menjawab: "Wahai Abu Hasan, amal yang terbaik dalam bulan ini ialah menjauh dari apa yang dilarang Allah."


Monday, August 17, 2009

19 Gagal Ramadhan

Oleh : Adi Mansah Suardi

Di bulan Ramadhan, pintu neraka ditutup dan pintu syurga dibuka lebar-lebar. Namun banyak orang gagal mendapatkan kemuliaannya.Gambar disamping menunjukkan rambu-rambu ramadhan, jika kita melanggarnya tentu kita akan gagal di bulan Mulia ini. Berikut beberapa kesalahan atau tanda gagalnya kita dalam memanfaatkan Ramadhan.

1. Kurang melakukan persiapan di bulan Sya'ban.Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajjud. Begitupun tidak melakukan puasa sunnah Sya'ban, sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah Shallallaahu `alaihi wa sallam. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiallaahu `anha berkata,"Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya'ban."

2. Gampang mengulur shalat fardhu."Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih." (Maryam: 59)Menurut Sa'id bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat (meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat zhuhur menjelang waktu ashar, ashar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya, shalat isya menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan lain.3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih. "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami." (Al-Anbiya:90)"Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah,sampai Aku mencintainya." (Hadits Qudsi)4. Kikir dan rakus pada harta benda.Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah tandanya. Salah satu sasaran utama shiyam agar manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda, karena ia termasuk sifat kehewanan (Bahimiyah). Cinta dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan hidup sesungguhnya. Mendekat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala, akan menguatkan sifat utama kemanusiaan (Insaniyah).5. Malas membaca Al-Qur'an.Ramadhan juga disebut Syahrul Qur'an, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya baik siang maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur'an. "Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Qur'an." (HR Baihaqi) Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulansuci.6. Mudah mengumbar amarah.Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Saw bersabda: "Orang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah." Dalam hadits lain beliau bersabda: "Puasa itu perisai diri, apabila salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau mengumpatmu, maka katakanlah sesesungguhnya saya sedang berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)7. Gemar bicara sia-sia dan dusta."Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta perbuatan Az-Zur, maka Allah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan santun, maka tiada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan dan minumnya." (HR Bukhari dari Abu Hurairah)Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn Khattab Ra berkata: "Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia." (Al Muhalla VI: 178) Ciri orang gagal memetik buah Ramadhan kerap berkata di belakang hatinya. Kalimat-kalimatnya tidak ditimbang secara masak: "Bicara dulu baru berpikir, bukan sebaliknya, berpikir dulu, disaring, baru diucapkan."8. Memutuskan tali silaturrahim.Ketika menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa menyambung tali persaudaraan (silaturrahim) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya." Puasa mendidik pribadi-pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta.Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus dan tawadhu. Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.9. Menyia-nyiakan waktu.Al-Qur'an mendokumentasikan dialog Allah Swt dengan orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main."Allah bertanya: ` Berapa tahunkan lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: `Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.'Allah berfirman: `Kamu tidak tingal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. "Maka apakah kamu mengira sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang mempunyai `Arsy yang mulia." (Al-Mu'minun: 112-116)Termasuk gagal dalam ber-Ramadhan orang yang lalai atas karunia waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.10. Labil dalam menjalani hidup.Labil alias perasaan gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup juga tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah Saw:"Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh tidak diberikan kebajikan atasnya." (HR Ahmad, Nasa'i, Baihaqi dari Abu Hurairah)Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam.Salah satu ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat taqwa yang meroket. Dan setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat ialah semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan `amar ma'ruf nahiy munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini tak ada, gagal lah Ramadhan seseorang.12. Khianat terhadap amanah.Shiyam adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak. Shiyam itu ibarat utang yang harus ditunaikan secara rahasia kepada Allah. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir (rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata. Sebaliknya orang yang gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah maupun dari manusia.13. Rendah motivasi hidup berjama'ah.Frekuensi shalat berjama'ah di masjid meningkat tajam selama Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama Muslim. Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjama'ah, yang saling menguatkan."Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh." (Ash-Shaf: 4) Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjama'ah.14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk.Hawa nafsu dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan Ramadhan merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah fitrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih mulia dari mereka yang tunduk kepada makhluk.15. Malas membela dan menegakkan kebenaran.Sejumlah peperangan dilakukan kaum Muslimin melawan tentara-tentara kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang spektakuler itu dan penaklukan Makkah (Futuh Makkah) terjadi di bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran. Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang bernilai spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah meninggalkan kita sebagai pecundang.16. Tidak mencintai kaum dhuafa.Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak bertambah sesudah bulan suci ini, berarti Anda perlu segera instrospeksi.17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan.Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan sadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal yang robek-robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan muhasabah (introspeksi) diri."Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr: 18)18. Sibuk mempersiapkan Lebaran.Kebanyakan orang semakin disibukkan oleh urusan lahir dan logistik menjelang Iedul Fitri. Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang sejati.Konsentrasi pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada luapan kesenangan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan, akibatnya lupa seharusnya sedih akan berpisah dengan bulan mulia ini.19. Idul Fitri dianggap hari kebebasan.Secara harfiah makna Idul Fitri berarti "hari kembali ke fitrah". Namun kebanyakan orang memandang Iedul Fitri laksana hari dibebaskannya mereka dari "penjara" Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan tindakannya kembali cenderung tak terkendali, syahwat dan birahi diumbar sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Iedul Fitri seharusnya menjadi hari di mana tekad baru dipancangkan untuk menjalankan peran khalifah dan abdi Allah secara lebih profesional. Kesadaran penuh akan kehidupan dunia yang berdimensi akhirat harus berada pada puncaknya saat Iedul Fitri, dan bukan sebaliknya.

Friday, August 14, 2009

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Adi Mansah Alfaruq

1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)
2. Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda:
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini. " (HR.Ath-Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).
Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya dari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia tidak pemah mendengar darinya."
3. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda:
"Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wa Jalla setiap hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman (kepada Surga),'Hampir tiba saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka menuju kepadamu, 'pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir malam. "Beliau ditanya, 'Wahai Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qadar' Jawab beliau, 'Tidak. Namun ovang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya.' " (HR. Ahmad)'"
Isnad hadits tersebut dha'if, dan di antara bagiannya ada nash-Nash lain yang memperkuatnya.

Wednesday, August 12, 2009

My Life


makna seperti menghilang
di kota ini
hitam dan putih masa lalu
telah membisu

semua berakhir disini
tempatku mula bermimpi
masih menari disini
langkahmu yang telah pergi

udara kini berubah
di kota mati
seperti kisah masa lalu
kini membisu

coba dengarku berbisik
suara yang tlah mengering
hatiku mati disini
terdiam dan tak mengerti

coba dengarku berbisik
suara yang tlah mengering
masih bertahan sisa mimpi mimpiku
di kota ini

kini bertahan sisa mimpi mimpiku
di kota ini

semua berakhir disini
tempatku mula bermimpi
hatiku mati disini
terdiam dan tak mengerti


Tak Ada Yang Abadi
Takkan selamanya tanganku mendekapmu
Takkan selamanya raga ini menjagamu

Seperti alunan detak jantungku
Tak bertahan melawan waktu
Semua keindahan yang memudar
Atau cinta yang telah memudar

Biarkan aku bernafas sejenak
Sebelum hilang

Tak kan selamanya tanganku mendekapmu
Tak kan selamanya raga ini menjagamu
Jiwa yang lama segera pergi
Bersiaplah para pengganti

Tak ada yang abadi
Tak ada yang abadi
Tak ada yang abadi

Sunday, August 2, 2009

Lembaran Hidup Wanita Solehah


“Mampukah aku menjadi seperti Siti Khatijah?

Agung cintanya pada Allah dan Rasulullah
Hartanya diperjuangkan ke jalan fisabilillah
Penawar hati kekasih Allah
Susah dan senang rela bersama…


Dapatkah ku didik jiwa seperti Siti Aishah?
Isteri Rasulullah yang bijak
Pendorong kesusahan dan penderitaan
Tiada sukar untuk dilaksanakan…


Mengalir air mataku
Melihat pegorbanan puteri solehah Siti Fatimah
Akur dalam setiap perintah
Taat dengan abuyanya, yang sentiasa berjuang
Tiada memiliki harta dunia
Layaklah dia sebagai wanita penghulu syurga…


Ketika aku marah
Inginku intip serpihan sabar
Dari catatan hidup Siti Sarah….


Tabah jiwaku
Setabah umi Nabi Ismail
Mengendong bayinya yang masih merah
Mencari air penghilang dahaga
Di terik padang pasir merak
Ditinggalkan suami akur tanpa bantah
Pengharapannya hanya pada Allah
Itulah wanita Siti Hajar….


Dapatkah aku mengikut jejak Siti Rahmah
permaisuri hidup Nabi Ayub….pasrah dengan dugaan Tuhannya….
walau pernah tersungkur kerana jerat syaitan…namun ia kembali
kerana iman yang kuat…telah dijanjikan syurga adalah balasannya….
bahagia adalah miliknya…
Mampukah aku menjadi wanita solehah?
Mati dalam keunggulan iman
Bersinar indah, harum tersebar
Bagai wanginya pusara Masyitah….

WANITA - AKAL SENIPIS RAMBUTNYA



Oleh : Adi Mansah Alfaruq 

Jangankan lelaki biasa,nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. 
Tanpa mereka, fikiran dan perasaan lelaki akan resah. 
Masih mencari walau ada segalanya. Apa yang tiada dalam syurga?
Namun adam tetap rindukan hawa.

Dijadikan wanita daripada tulang rusuk yang bengkok. 
Untuk diluruskan oleh lelaki. 
Tetapi seandainya lelaki itu sendiri tidak lurus,
Mana mungkin kayu yang bengkok menghasilkan bayang yang lurus. 

Luruskanlah wanita dengan jalan yang ditunjuk oleh Allah, 
Kerana mereka diciptakan sebegitu rupa oleh Allah. 
Didiklah mereka dengan panduan darinya. 
Jangan cuba menjinakkan mereka dengan harta, kerana nantinya mereka semakin liar. 
Janganlah hiburkan mereka dengan kecantikan, kerana nantinya mereka akan semakin derita. 
Kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal. Di situlah punca kekuatan dunia.

Akal senipis rambutnya, tebalkanlah ia dengan ilmu. 
Hati serapuh kaca, kuatkanlah ia dengan iman...
Perasaan selembut sutera, hiasilah ia dengan akhlak.

Suburkanlah ia kerana dari situlah nantinya...
Mereka akan lihat nilaian dan keadilan Rab...
Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan..
Ia bukan diskriminasi Allah...sebaliknya di situlah kasih dan sayang Allah...

Wanita yang lupa hakikat kejadiannya...
Pasti tidak akan terhibur, dan tidak akan menghiburkan...
Tanpa iman, ilmu dan akhlak..mereka tidak akan lurus...
Bahkan akan semakin membengkok...
Itulah hakikatnya andai wanita tidak kenal Rabbnya...

Bila wanita menjadi derhaka...pasti dunia lelaki akan menjadi huru hara....
Lelaki pula janganlah mengharapkan ketaatan semata-mata...
Tapi binalah kepimpinan...
Pastikan sebelum wanita menuju ilahi, pimpinlah diri kepadanya...
Jinakkan diri kepada allah...
Nescaya akan jinaklah segala-galanya di bawah pimpinanmu...
Janganlah mengharapkan isteri semulia Fatimah Az-Zahra'
Seandainya dirimu tidak sehebat saidina Ali karamallahuwajhah


*PEREMPUAN YANG TAK PERNAH KUMENGERTI*


 

                                                OlEh : Adi MaNsAh AlFaRuQ

   Perempuan itu tak bergeming dari lelapnya, bahkan ketika kubenahi selimutnya. Wajah yang begitu damai terletak diatas bantal yang putih. Seakan dirinya tidur di taman Syurga. Sungguh, aku tak tau apa yang ia impikan.
"Kamu tak sungguh-sungguh mencintaiku. Kamu hanya kasihan padaku," ujar perempuan itu.
Aku tertegun. Sangat terkejut mendengar pernyataan yang cenderung menuduh itu.
"Tidak lebih," sakali lagi ia menandaskan sebelum sempat aku menjawabnya. "Kamu hanya kasihan padaku, tidak lebih." Aku masih saja terkejut, meski ini pernyataannya yang ketiga. Aku tetap diam. Tak hendak menjawab. Aku begitu bingung dengan pernyataannya. Namun tiba-tiba aku berpikir benarkah demikian?

Ketika pertama kali berkenalan, aku hanya berpikir bahwa dia cantik. Itu saja. Tetapi aku memang malu ternyata dia tak hanya cantik tapi wanita solehah,kaya dan terhormat. Hanya itu yang mampu menggetarkan hati dan rasaku. Satu hal yang wajar karena aku laki-laki dewasa, normal. Tapi yang ini lain, hati memang bergetar dan pandanganku pun tertegun tiada berdaya untuk menatapnya. 
Aku mulai ingin tahu lebih banyak tentangnya. Informasi yang semula kuharapkan bisa menjadi bekal untuk menjajaki kemungkinan mengajaknya hidup bersama sampai tua. kusadar bahwa ternyata aku bukan laki-laki kaya dan mampu, aku hanya punya cinta dan kasih sayang. Teramat sering aku berpikir bahwa ini semua takkan pernah terjadi, untuk menikahinya, Apalagi aku sedang dalam kuliah. Terus terang inilah yang membuat aku tak percaya diri dan beryakin untuk melamarnya. Tetapi demi mendengar kisah tentangnya, aku menjadi berpikir bahwa mungkin, bahkan pasti, aku bisa membahagiakannya nanti. Seperti juga yang dialami teman-temanku yang menikah diwaktu kuliah. kudengar wanita ini terlalu sering menanyakan dan memuji diriku tapi kuanggap semua gombal dan candaan belaka, kulalu berpikir untuk segera mencari dermaga terakhir. Usiaku ternyata semakin menapak. Dan rasanya tiba waktuku untuk membina rumah tangga, yang mudah-mudahan lebih kekal ketimbang penantianku selama ini yang tiada pasti padanya.
Aku hanya lelaki bodoh, miskin,hina. Dan dia perempuan yang baik,kaya,cantik dan solehah. Jika kemudian aku memilih dia sebagai teman membina keluarga, mudah-mudahan dia bisa menerima aku apa adanya. Seperti aku akan menerimanya apa adanya. Maka kuberanikan diri untuk menyatakan suka. kutahu, kali ini pasti aku terlihat sangat norak karena tiba-tiba saja untuk pertama kalinya aku terbata dan nyaris gagap untuk sekedar mengungkap kata suka. Tetapi aku menjadi sangat tersanjung karena ternyata ia tak menertawakanku. Ia tersenyum sebagai ungkapan penerimaannya. Bahkan ada harapan untuk hidup bersamanya.
Percaya atau tidak, sekian banyak tahun berlalu tak pernah sekalipun kusentuh dia. Aku takut pada dosa. Tak bisa lupakan itu. Aku takut perilakuku akan menyakitinya jika kumembiarkan setan menguasaiku. Tapi, pernyataannya itu begitu tiba-tiba bagiku. Aku merasa tak pernah mengecewakannya. Tapi tiba-tiba aku dituduh tak sungguh-sungguh mencintainya dan sekedar kasihan padanya! Aku ingin bersikukuh dan berniat hidup dengannya. Terkadang aku pun tak mengerti bagaimana sikapnya. Terus terang akupun mulai ragu benarkah cintaku kubangun dari perasaan kasihan. Dan apakah dia juga tulus suka padaku?
Sekian waktu berlalu. Dermagaku tak jua kutemukan. Mungkin karena aku tak sungguh-sungguh mencarinya. Sekarang justru aku yang bertanya, "siapa yang sesungguhnya harus dikasihani dan mengasihani."?Aku yang tercabik oleh penampikannya yang sama sekali tak kuduga dan tak bisa kuterima atau dia yang entah mengapa berpikir demikian?
Ketika aku membuka mata, perempuan itu tengah duduk sembari memandangiku. Ia dating dan tersenyum. Cantik sekali. Aku tak sempat terlalu lama membalas tatapannya, "Astaghfirullah". Dan 
"Aku mencintaimu, Aku ingin melamarmu" bisikku. "Aku ingin jadi yang halal bagimu begitu jua dengan dirimu halal bagiku". Dia tertegun dan termenung, seakan tak percaya ucapanku.
"Aku tahu kau tak sungguh-sungguh mencintaiku. Kau hanya kasihan padaku."
"Lagi-lagi kalimat itu!" dengusku.
"Kau tak memahami dirimu. Tanyakan lagi ke hatimu, pasti itu jawabannya!" 
"Aku mencintamu!" "Aku ingin menikahimu"seruku.
"Kau bahkan belum menanyakannya!"
Aku bangkit dengan kesal hati.
"Begitu kasihannya kau padaku sampai-sampai kau tak akan sanggup melakukan kewajibanmu. Kau selalu takut akan menyakitiku. Benar bukan? Aku pun tak mau ini terjadi padamu. Kamu terlalu agung bagiku. Aku tak sanggup melihat kamu…"
"Aku tak sanggup. Karena takut dosa dan neraka
"Kamu tak mengerti bahwa yang terjadi padamu pun terjadi padaku. Bahwa aku tak akan sanggup hidup tanpamu karena hatiku telah terpaut padamu."
***

ู…ุง ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุคู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŠ ุงู„ุตู„ูˆุงุช


ู…ุญู…ุฏ ุงู„ูุงุฑูˆู‚


ูˆุฃู…ุง ู…ุง ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุคู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŠ ุงู„ุตู„ูˆุงุช ู…ู† ุงู„ุณูˆุฑ ูˆุงู„ุขูŠุงุช، ูุฅู† ุฐู„ูƒ ูŠุฎุชู„ู ุจุงุฎุชู„ุงู ุงู„ุตู„ูˆุงุช 
ุงู„ุฎู…ุณ ูˆุบูŠุฑู‡ุง، ูˆู‡ุงูƒ ุชูุตูŠู„ ุฐู„ูƒ ู…ุจุชุฏุฆูŠู† ุจุงู„ุตู„ุงุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ู…ู† ุงู„ุฎู…ุณ:
1- ุตู„ุงุฉ ุงู„ูุฌุฑ:
ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ุง ุจุทูˆุงู„(1) ุงู„ู…ูุตู„ ู" ูƒุงู† ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠู‚ุฑุฃ ( ุงู„ูˆุงู‚ุนุฉ 56: 96) ูˆู†ุญูˆู‡ุง ู…ู† 
ุงู„ุณูˆุฑ ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู†"0
ูˆู‚ุฑุฃ ู…ู† ุณูˆุฑุฉ ( ุงู„ุทูˆุฑ52: 49) ูˆุฐู„ูƒ ููŠ ุญุฌุฉ ุงู„ูˆุฏุงุน0
ูˆ "ูƒุงู† - ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠู‚ุฑุฃ (ู‚ ูˆุงู„ู‚ุฑุขู† ุงู„ู…ุฌูŠุฏ 50: 45) ูˆู†ุญูˆู‡ุง ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰"0
ูˆ "ูƒุงู† - ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠู‚ุฑุฃ ุจู‚ุตุงุฑ ุงู„ู…ูุตู„ ูƒ(ุฅุฐุง ุงู„ุดู…ุณ ูƒูˆุฑุช 11: 15)0
ูˆ "ู‚ุฑุฃ - ู…ุฑุฉ: (ุฅุฐุง ุฒู„ุฒู„ุช 99: 8 ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ูƒู„ุชูŠู‡ู…ุง) ุญุชู‰ ู‚ุงู„ ุงู„ุฑุงูˆูŠ: ูู„ุง ุฃุฏุฑูŠ ุฃู†ุณูŠ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ - ุฃู… 
ู‚ุฑุฃ ุฐู„ูƒ ุนู…ุฏุง"(2) 0
ูˆู‚ุฑุฃ - ู…ุฑุฉ - ููŠ ุงู„ุณูุฑ( ู‚ู„ ุฃุนูˆุฐ ุจุฑุจ ุงู„ูู„ู‚ 113: 5) ูˆู‚ู„ ุฃุนูˆุฐ ุจุฑุจ ุงู„ู†ุงุณ 114: 6)0
ูˆู‚ุงู„ ู„ุนู‚ุจุฉ ุจู† ุนุงู…ุฑ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: "ุงู‚ุฑุฃ ููŠ ุตู„ุงุชูƒ ุงู„ู…ุนูˆุฐุชูŠู† [ูู…ุง ุชุนูˆุฐ ู…ุชุนูˆุฐ ุจู…ุซู„ู‡ู…ุง]"0
ูˆูƒุงู† - ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠู‚ุฑุฃ ุจุฃูƒุซุฑ ู…ู† ุฐู„ูƒ، ู"ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ุณุชูŠู† ุขูŠุฉ ูุฃูƒุซุฑ"، ู‚ุงู„ ุจุนุถ ุฑูˆุงุชู‡: ู„ุง ุฃุฏุฑูŠ ููŠ ุฅุญุฏู‰ 
ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุฃูˆ ููŠ ูƒู„ุชูŠู‡ู…ุง؟0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ุจุณูˆุฑุฉ ( ุงู„ุฑูˆู… 30: 60) ูˆ- ุฃุญูŠุงู†ุง - ุจุณูˆุฑุฉ (ูŠุณ 36: 83)0
 ูˆู…ุฑุฉ "ุตู„ู‰ ุงู„ุตุจุญ ุจู…ูƒุฉ ูุงุณุชูุชุญ ุณูˆุฑุฉ (ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† 23: 118) ุญุชู‰ ุฌุงุก ุฐูƒุฑ ู…ูˆุณู‰ ูˆู‡ุงุฑูˆู† ุฃูˆ ุฐูƒุฑ 
ุนูŠุณู‰(3) - ุดูƒ ุจุนุถ ุงู„ุฑูˆุงุฉ - ุฃุฎุฐุชู‡ ุณุนู„ุฉ ูุฑูƒุน"0 
ูˆ "ูƒุงู† - ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠุคู…ّู‡ู… ููŠู‡ุง ุจ(ุงู„ุตุงูุงุช 37: 182)0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠุตู„ูŠู‡ุง ูŠูˆู… ุงู„ุฌู…ุนุฉ ุจ(ุฃู„ู… ุชู†ุฒูŠู„ (ุงู„ุณุฌุฏุฉ) 32: 30) [ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰، ูˆููŠ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ] ุจ(ู‡ู„ ุขุชู‰ ุนู„ู‰ุงู„ุฅู†ุณุงู†76: 31)"0
ุงู„ู‚ุฑุงุกุฉ ููŠ ุณู†ุฉ ุงู„ูุฌุฑ:
 ูˆุฃู…ุง ู‚ุฑุงุกุชู‡ ููŠ ุฑูƒุนุชูŠ ุณู†ุฉ ุงู„ูุฌุฑ، ููƒุงู†ุช ุฎููŠูุฉ ุฌุฏุงً، ุญุชู‰ ุฅู† ุนุงุฆุดุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ูƒุงู†ุช ุชู‚ูˆู„: "ู‡ู„ 
ู‚ุฑุฃ ููŠู‡ุง ุจุฃู… ุงู„ูƒุชุงุจ؟".
ูˆ "ูƒุงู† - ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠู‚ุฑุฃ ุจุนุฏ ุงู„ูุงุชุญุฉ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ู…ู†ู‡ู…ุง ุขูŠุฉ(136:2):
((ู‚ُูˆู„ُูˆุงْ ุขู…َู†َّุง ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَู…َุข ุฃُู†ْุฒِู„َ ุฅِู„َูŠْู†َุง)) ุฅู„ู‰ ุขุฎุฑ ุงู„ุขูŠุฉ، ูˆููŠ ุงู„ุฃุฎุฑู‰ (3: 64): ((ู‚ُู„ْ ูŠุฃَู‡ْู„َ ุงู„ْูƒِุชَุงุจِ ุชَุนَุงู„َูˆْุงْ ุฅِู„َู‰ ูƒَู„َู…َุฉٍ ุณَูˆَุขุกٍ ุจَูŠْู†َู†َุง ูˆَุจَูŠْู†َูƒُู…ْ)) ุฅู„ู‰ ุขุฎุฑู‡ุง"0 ูˆ "ุฑุจู…ุง ู‚ุฑุฃ ุจุฏู„ู‡ุง (23: 52): ((ูَู„َู…َّุข ุฃَุญَุณَّ ุนِูŠุณَู‰ ู…ِู†ْู‡ُู…ُ ุงู„ْูƒُูْุฑ)) ุฅู„ู‰ ุขุฎุฑ ุงู„ุขูŠุฉ"0 
ูˆ ุฃุญูŠุงู†ุง ูŠู‚ุฑุฃ (( ู‚ู„ ูŠุง ุฃูŠู‡ุง ุงู„ูƒุงูุฑูˆู†: 109: 6) ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ู‰، ูˆ (ู‚ู„ ู‡ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญุฏ (112: 4) ููŠ ุงู„ุฃุฎุฑู‰0
ูˆ "ุณู…ุน ุฑุฌู„ุง ูŠู‚ุฑุฃ ุงู„ุณูˆุฑุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ูู‚ุงู„: ู‡ุฐุง ุนุจุฏ ุขู…ู† ุจุฑุจู‡0 ุซู… ู‚ุฑุฃ ุงู„ุณูˆุฑุฉ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ ููŠ 
ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃุฎุฑู‰ ูู‚ุงู„: ู‡ุฐุง ุนุจุฏ ุนุฑู ุฑุจู‡"0
 
2- ุตู„ุงุฉ ุงู„ุธู‡ุฑ:
ูˆ "ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุงู„ุฃูˆู„ูŠูŠู† ุจูุงุชุญุฉ ุงู„ูƒุชุงุจ ูˆุณูˆุฑุชูŠู†, ูˆูŠุทูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ู…ุงู„ุง 
ูŠุทูˆู„ ููŠ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ"0
ูˆ ูƒุงู† ุฃุญูŠุงู†ุง ูŠุทูŠู„ู‡ุง ุญุชู‰ ุฃู†ู‡ "ูƒุงู†ุช ุตู„ุงุฉ ุงู„ุธู‡ุฑ ุชู‚ุงู…، ููŠุฐู‡ุจ ุงู„ุฐุงู‡ุจ ุฅู„ู‰ ุงู„ุจู‚ูŠุน ููŠู‚ุถูŠ ุญุงุฌุชู‡، [ุซู…  
ูŠุฃุชูŠ ู…ู†ุฒู„ู‡] ุซู… ูŠุชูˆุถุฃ، ุซู… ูŠุฃุชูŠ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ู…ู…ุง ูŠุทูˆู„ู‡ุง"0
ูˆ "ูƒุงู†ูˆุง ูŠุธู†ูˆู† ุฃู†ู‡ ูŠุฑูŠุฏ ุจุฐู„ูƒ ุฃู† ูŠุฏุฑูƒ ุงู„ู†ุงุณ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰"0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ูƒู„ ู…ู† ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ู‚ุฏุฑ ุซู„ุงุซูŠู† ุขูŠุฉ، ู‚ุฏุฑ ู‚ุฑุงุกุฉ (ุงู„ู… ุชู†ุฒูŠู„(ุงู„ุณุฌุฏุฉ) 32: 30) ูˆููŠู‡ุง (ุงู„ูุงุชุญุฉ)" 
ูˆ ุฃุญูŠุงู†ุง"ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ุจ(ูˆَุงู„ุณَّู…َุขุกِ ูˆَุงู„ุทَّุงุฑِู‚ِ)،ูˆ (ูˆَุงู„ุณَّู…َุขุกِ ุฐَุงุชِ ุงู„ْุจُุฑُูˆุฌ)، ูˆ (ูˆَุงู„ْู„َّูŠْู„ِ ุฅِุฐَุง ูŠَุบْุดَู‰)،ูˆู†ุญูˆู‡ุง ู…ู† ุงู„ุณูˆุฑ".
ูˆุฑุจู…ุง "ู‚ุฑุฃ (ุฅِุฐَุง ุงู„ุณَّู…َุขุกُ ุงู†ุดَู‚َّุช)، ูˆู†ุญูˆู‡ุง"0
ูˆ "ูƒุงู†ูˆุง ูŠุนุฑููˆู† ู‚ุฑุงุกุชู‡ ููŠ ุงู„ุธู‡ุฑ ูˆุงู„ุนุตุฑ ุจุงุถุทุฑุงุจ ู„ุญูŠุชู‡"0 
 ู‚ุฑุงุกุชู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุขูŠุงุช ุจุนุฏ ุงู„ูุงุชุญุฉ ููŠ ุงู„ุฃุฎูŠุฑุชูŠู†:
ูˆ "ูƒุงู† ูŠุฌุนู„ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุงู„ุฃุฎูŠุฑุชูŠู† ุฃู‚ุตุฑ ู…ู† ุงู„ุฃูˆู„ูŠูŠู† ู‚ุฏุฑ ุงู„ู†ุตู ู‚ุฏุฑ ุฎู…ุณ ุนุดุฑุฉ ุฃูŠุฉ(4)، ูˆุฑุจู…ุง ุงู‚ุชุตุฑ ููŠู‡ู…ุง 
ุนู„ู‰ ุงู„ูุงุชุญุฉ"0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠุณู…ุนู‡ู… ุงู„ุขูŠุฉ ุฃุญูŠุงู†ุง"0
ูˆ "ูƒุงู†ูˆุง ูŠุณู…ุนูˆู† ู…ู†ู‡ ุงู„ู†ุบู…ุฉ ุจ(ุณَุจِّุญِ ุงุณْู…َ ุฑَุจِّูƒَ ุงู„ุฃَุนْู„َู‰87: 19) ูˆ (ู‡َู„ْ ุฃَุชَุงูƒَ ุญَุฏِูŠุซُ ุงู„ْุบَุงุดِูŠَุฉ 88: 26)"0
ูˆ "ูƒุงู† - ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠู‚ุฑุฃ ุจ(ูˆَุงู„ุณَّู…َุขุกِ ุฐَุงุชِ ุงู„ْุจُุฑُูˆุฌ 85: 22) ูˆุจ (ูˆَุงู„ุณَّู…َุขุกِ ูˆَุงู„ุทَّุงุฑِู‚ِ 86: 17) ูˆู†ุญูˆู‡ู…ุง ู…ู† ุงู„ุณูˆุฑ"0
ูˆ "ุฃุญูŠุงู†ุง ูŠู‚ุฑุฃ ุจ(ูˆَุงู„ْู„َّูŠْู„ِ ุฅِุฐَุง ูŠَุบْุดَู‰ 92: 21) ูˆู†ุญูˆู‡ุง"0 
 
 
3- ุตู„ุงุฉ ุงู„ุนุตุฑ: 
ูˆ "ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠูŠู† ุจูุงุชุญุฉ ุงู„ูƒุชุงุจ ูˆุณูˆุฑุชูŠู† ูˆูŠุทูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ู…ุง ู„ุง ูŠุทูˆู„ ููŠ 
ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ"، ูˆ "ูƒุงู†ูˆุง ูŠุธู†ูˆู† ุฃู†ู‡ ูŠุฑูŠุฏ ุจุฐู„ูƒ ุฃู† ูŠุฏุฑูƒ ุงู„ู†ุงุณ ุงู„ุฑูƒุนุฉ"0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ูƒู„ ู…ู†ู‡ู…ุง ู‚ุฏุฑ ุฎู…ุณ ุนุดุฑ ุขูŠุฉ ู‚ุฏุฑ ู†ุตู ู…ุง ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ูƒู„ ู…ู† ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุงู„ุฃูˆู„ูŠูŠู† ููŠ ุงู„ุธู‡ุฑ"0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠุฌุนู„ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุงู„ุฃุฎูŠุฑุชูŠู† ุฃู‚ุตุฑ ู…ู† ุงู„ุฃูˆู„ูŠูŠู† ู‚ุฏุฑ ู†ุตูู‡ู…ุง"0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ู…ุง ุจูุงุชุญุฉ ุงู„ูƒุชุงุจ"0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠุณู…ุนู‡ู… ุงู„ุขูŠุฉ ุฃุญูŠุงู†ุง"0
ูˆูŠู‚ุฑุฃ ุจุงู„ุณูˆุฑ ุงู„ุชูŠ ุฐูƒุฑู†ุง ููŠ "ุตู„ุงุฉ ุงู„ุธู‡ุฑ"0
 
 
4- ุตู„ุงุฉ ุงู„ู…ุบุฑุจ: 
ูˆ "ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ุง - ุฃุญูŠุงู†ุง- ุจู‚ุตุงุฑ ุงู„ู…ูุตู„"، ุญุชู‰ ุฅู†ู‡ู… "ูƒุงู†ูˆุง ุฅุฐุง ุตู„ูˆุง ู…ุนู‡ ูˆุณู„ู… ุจู‡ู… 
ุงู†ุตุฑู ุฃุญุฏู‡ู… ูˆุฅู†ู‡ ู„ูŠุจุตุฑ ู…ูˆุงู‚ุน ู†ุจู„ู‡"0
ูˆ "ู‚ุฑุฃ ููŠ ุณูุฑ ุจ(ุงู„ุชูŠู† ูˆุงู„ุฒูŠุชูˆู† 95: 8) ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ"0
ูˆูƒุงู† ุฃุญูŠุงู†ุง ูŠู‚ุฑุฃุจุทูˆุงู„ ุงู„ู…ูุตู„ ูˆุฃูˆุณุงุทู‡، ู"ูƒุงู† ุชุงุฑุฉ ูŠู‚ุฑุฃ ุจ(ุงู„ุฐูŠู† ูƒูุฑูˆุง ูˆุตุฏูˆุง ุนู† ุณุจูŠู„ ุงู„ู„ู‡ 47: 38)"0
ูˆุชุงุฑุฉ ุจ(ุงู„ุทูˆุฑ52: 49)0
ูˆุชุงุฑุฉ ุจ(ุงู„ู…ุฑุณู„ุงุช 77: 50) ู‚ุฑุฃ ุจู‡ุง ููŠ ุขุฎุฑ ุตู„ุงุฉ ุตู„ุงู‡ุง ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…0
ูˆ "ูƒุงู† ุฃุญูŠุงู†ุง ูŠู‚ุฑุฃ ุจุทูˆู„ู‰ ุงู„ุทูˆู„ูŠูŠู†(5):( ุงู„ุฃุนุฑุงู 7: 206) ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู†"0
ูˆุชุงุฑุฉ ุจ(ุงู„ุฃู†ูุงู„ 8: 75) ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู†0
 
 
ุงู„ู‚ุฑุงุกุฉ ููŠ ุณู†ุฉ ุงู„ู…ุบุฑุจ:
ูˆุฃู…ุง ุณู†ุฉ ุงู„ู…ุบุฑุจ ุงู„ุจุนุฏูŠุฉ ู"ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ุง: (ู‚ُู„ْ ูŠٰุฃَูŠُّู‡َุง ูฑู„ْูƒَุงูِุฑُูˆู†َ 109: 6) ูˆ (ู‚ُู„ْ ู‡ُูˆَ ูฑู„ู„َّู‡ُ ุฃَุญَุฏٌ 112: 4)0 
  
5- ุตู„ุงุฉ ุงู„ุนุดุงุก:

ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุงู„ุฃูˆู„ูŠูŠู† ู…ู† ูˆุณุท ุงู„ู…ูุตู„، ู"ูƒุงู† ุชุงุฑุฉ ูŠู‚ุฑุฃ ุจ(ูˆุงู„ุดู…ุณ ูˆุถุญุงู‡ุง 91: 15) ูˆุฃุดุจุงู‡ู‡ุง ู…ู† ุงู„ุณูˆุฑ"0
ูˆ "ุชุงุฑุฉ ุจ(ุฅุฐุง ุงู„ุดู…ุณ ุงู†ุดู‚ุช 84: 25) ูˆูƒุงู† ูŠุณุฌุฏ ุจู‡ุง"0
ูˆ "ู‚ุฑุฃ - ู…ุฑุฉ - ููŠ ุณูุฑ ุจ(ูˆุงู„ุชูŠู† ูˆุงู„ุฒูŠุชูˆู† 95: 8) ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰"0
ูˆู†ู‡ู‰ ุนู† ุฅุทุงู„ุฉ ุงู„ู‚ุฑุงุกุฉ ููŠู‡ุง، ูˆุฐู„ูƒ ุญูŠู† "ุตู„ู‰ ู…ุนุงุฐ ุจู† ุฌุจู„ ู„ุฃุตุญุงุจู‡ ุงู„ุนุดุงุก، ูุทّูˆู„ ุนู„ูŠู‡ู…، ูุงู†ุตุฑู 
ุฑุฌู„ ู…ู† ุงู„ุฃู†ุตุงุฑ ูุตู„ู‰، ูุฃุฎุจุฑ ู…ุนุงุฐ ุนู†ู‡، ูู‚ุงู„: ุฅู†ู‡ ู…ู†ุงูู‚، ูˆู„ู…ุง ุจู„ุบ ุฐู„ูƒ ุงู„ุฑุฌู„ ุฏุฎู„ ุนู„ู‰ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ 
ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูุฃุฎุจุฑู‡ ู…ุง ู‚ุงู„ ู…ุนุงุฐ، ูู‚ุงู„ ู„ู‡ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ุฃุชุฑูŠุฏ ุฃู† ุชูƒูˆู† ูุชุงู†ุงً ูŠุง 
ู…ุนุงุฐ؟! ุฅุฐุง ุฃู…ู…ุช ุงู„ู†ุงุณ ูุงู‚ุฑุฃ ุจ(ูˆุงู„ุดู…ุณ ูˆุถุญุงู‡ุง 91: 15) ูˆ (ุณุจุญ ุงุณู… ุฑุจูƒ ุงู„ุฃุนู„ู‰77: 19) ูˆ (ุงู‚ุฑุฃ 
ุจุงุณู… ุฑุจูƒ 96: 19) ูˆ (ุงู„ู„ูŠู„ ุฅุฐุง ูŠุบุดู‰92: 21) [ ูุฅู†ู‡ ูŠุตู„ูŠ ูˆุฑุงุกูƒ ุงู„ูƒุจูŠุฑ ูˆุงู„ุถุนูŠู ูˆุฐูˆ ุงู„ุญุงุฌุฉ]"0
 
 
6- ุตู„ุงุฉ ุงู„ู„ูŠู„:
ูˆ ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุตุฑ ุงู„ู‚ุฑุงุกุฉ ููŠู‡ุง ุชุงุฑุฉ، ูˆูŠุทูŠู„ู‡ุง ุฃุญูŠุงู†ุง ูˆูŠุจุงู„ุบ ููŠ ุฅุทุงู„ุชู‡ุง ุฃุญูŠุงู†ุง ุฃุฎุฑู‰، ุญุชู‰ 
ู‚ุงู„ ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ู…ุณุนูˆุฏ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: 
"ุตู„ูŠุช ู…ุน ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู„ูŠู„ุฉ؛ ูู„ู… ูŠุฒู„ ู‚ุงุฆู…ุง ุญุชู‰ ู‡ู…ู…ุช ุจุฃู…ุฑ ุณูˆุกٍ، ู‚ูŠู„: ูˆู…ุง ู‡ู…ู…ุช؟ 
ู‚ุงู„: ู‡ู…ู…ุช ุฃู† ุฃู‚ุนุฏ ูˆุฃุฐุฑ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…" 0
ูˆู‚ุงู„ ุญุฐูŠูุฉ ุจู† ุงู„ูŠู…ุงู†: "ุตู„ูŠุช ู…ุน ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฐุงุช ู„ูŠู„ุฉ ูุงูุชุชุญ (ุงู„ุจู‚ุฑุฉ) ูู‚ู„ุช: ูŠุฑูƒุน ุนู†ุฏ 
ุงู„ู…ุงุฆุฉ، ุซู… ู…ุถู‰ ูู‚ู„ุช: ูŠุตู„ูŠ ุจู‡ุง ููŠ [ุฑูƒุนุชูŠู†]، ูู…ุถู‰، ูู‚ู„ุช: ูŠุฑูƒุน ุจู‡ุง، ุซู… ุงูุชุชุญ (ุงู„ู†ุณุงุก) ูู‚ุฑุฃู‡ุง، ุซู… 
ุงูุชุชุญ (ุขู„ ุนู…ุฑุงู†)(6) ูู‚ุฑุฃู‡ุง، ูŠู‚ุฑุฃ ู…ุชุฑุณู„ุง، ุฅุฐุง ู…ุฑ ุจุขูŠุฉ ููŠู‡ุง ุชุณุจูŠุญ ุณุจุญ، ูˆุฅุฐุง ู…ุฑ ุจุณุคุงู„ ุณุฃู„، ูˆุฅุฐุง ู…ุฑ ุจุชุนูˆุฐ 
ุชุนูˆุฐ، ุซู… ุฑูƒุน...." ุงู„ุญุฏูŠุซ، ูˆ "ู‚ุฑุฃ ู„ูŠู„ุฉ ูˆู‡ูˆ ูˆุฌุน ุงู„ุณุจุน ุงู„ุทูˆุงู„"(7) 0
ูˆ "ูƒุงู† - ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ูƒู„ ุฑูƒุนุฉ ุจุณูˆุฑุฉ ู…ู†ู‡ุง"0
ูˆ "ู…ุง ุนُู„ِู…َ ุฃู†ู‡ ู‚ุฑุฃ ุงู„ู‚ุฑุขู† ูƒู„ู‡ ููŠ ู„ูŠู„ุฉ [ู‚ุท]"0 ุจู„ ุฅู†ู‡ ู„ู… ูŠุฑุถ ุฐู„ูƒ ู„ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ุนู…ุฑูˆ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ุญูŠู† 
ู‚ุงู„ ู„ู‡: "ุงู‚ุฑุฃ ุงู„ู‚ุฑุขู† ููŠ ูƒู„ ุดู‡ุฑ، ู‚ุงู„: ู‚ู„ุช: ุฃู†ูŠ ุฃุฌุฏ ู‚ูˆุฉ، ู‚ุงู„: ูุงู‚ุฑุฃู‡ ููŠ ุนุดุฑูŠู† ู„ูŠู„ุฉ, ู‚ุงู„: ู‚ู„ุช: ุฅู†ูŠ 
ุฃุฌุฏ ู‚ูˆุฉ , ู‚ุงู„: ูุงู‚ุฑุฃู‡ ููŠ ุณุจุน ูˆู„ุง ุชุฒุฏ ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ"0
ุซู… "ุฑุฎุต ู„ู‡ ุฃู† ูŠู‚ุฑุฃู‡ ููŠ ุฎู…ุณ"
ุซู… "ุฑุฎุต ู„ู‡ ุฃู† ูŠู‚ุฑุฃู‡ ููŠ ุซู„ุงุซ"0
ูˆู†ู‡ุงู‡ ุฃู† ูŠู‚ุฑุฃู‡ ููŠ ุฃู‚ู„ ู…ู† ุฐู„ูƒ ูˆุนู„ู„ ุฐู„ูƒ ููŠ ู‚ูˆู„ู‡ ู„ู‡: 
"ู…ู† ู‚ุฑุฃ ุงู„ู‚ุฑุขู† ููŠ ุฃู‚ู„ ู…ู† ุซู„ุงุซ ู„ู… ูŠูู‚ู‡ْู‡ُ"0 ูˆููŠ ู„ูุธ: "ู„ุง ูŠูู‚ู‡ ู…ู† ู‚ุฑุฃ ุงู„ู‚ุฑุขู† ููŠ ุฃู‚ู„ ู…ู† ุซู„ุงุซ"0 ุซู… 
ููŠ ู‚ูˆู„ู‡ ู„ู‡: "ูุฅู† ู„ูƒู„ ุนุงุจุฏ ุดِุฑّุฉ(8) ูˆู„ูƒู„ ุดِุฑّุฉ ูุชุฑุฉ، ูุฅู…ุง ุฅู„ู‰ ุณู†ุฉ، ูˆุฅู…ุง ุฅู„ู‰ ุจุฏุนุฉ، ูู…ู† ูƒุงู†ุช ูุชุฑุชู‡ ุฅู„ู‰ ุณู†ุฉ ูู‚ุฏ ุงู‡ุชุฏู‰، ูˆู…ู† ูƒุงู†ุช ูุชุฑุชู‡ ุฅู„ู‰ ุบูŠุฑ ุฐู„ูƒ ูู‚ุฏ ู‡ู„ูƒ"0
ูˆู„ุฐู„ูƒ "ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู„ุง ูŠู‚ุฑุฃ ุงู„ู‚ุฑุขู† ููŠ ุฃู‚ู„ ู…ู† ุซู„ุงุซ"0
ูˆูƒุงู† ูŠู‚ูˆู„: "ู…ู† ุตู„ู‰ ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุจู…ุงุฆุชูŠ ุขูŠุฉ ูุฅู†ู‡ ูŠูƒุชุจ ู…ู† ุงู„ู‚ุงู†ุชูŠู† ุงู„ู…ุฎู„ุตูŠู†"0
ูˆ "ูƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ูƒู„ ู„ูŠู„ุฉ ุจ(ุจู†ูŠ ุฅุณุฑุงุฆูŠู„ 17: 111) ูˆ (ุงู„ุฒู…ุฑ 39: 75)"0
ูˆูƒุงู† ูŠู‚ูˆู„: "ู…ู† ุตู„ู‰ ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุจู…ุงุฆุฉ ุขูŠุฉ ู„ู… ูŠูƒุชุจ ู…ู† ุงู„ุบุงูู„ูŠู†"0
ูˆ "ูƒุงู† - ุฃุญูŠุงู†ุง - ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ูƒู„ ุฑูƒุนุฉ ู‚ุฏุฑ ุฎู…ุณูŠู† ุขูŠุฉ ุฃูˆ ุฃูƒุซุฑ"0
ูˆุชุงุฑุฉ ูŠู‚ุฑุฃ ู‚ุฏุฑ(ูŠุง ุฃูŠู‡ุง ุงู„ู…ุฒู…ู„ 73: 20)"0
ูˆ "ู…ุง ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠุตู„ูŠ ุงู„ู„ูŠู„ ูƒู„ู‡"(9) ุฅู„ุง ู†ุงุฏุฑุง، 
ูู‚ุฏ "ุฑุงู‚ุจ ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ุฎุจّุงุจ ุจู† ุงู„ุฃุฑุช - ูˆูƒุงู† ู‚ุฏ ุดู‡ุฏ ุจุฏุฑุง ู…ุน ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… - ุงู„ู„ูŠู„ุฉ 
ูƒู„ู‡ุง (ูˆููŠ ู„ูุธ: ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุตู„ุงู‡ุง ูƒู„ู‡ุง) ุญุชู‰ ูƒุงู† ู…ุน ุงู„ูุฌุฑ، ูู„ู…ุง ุณู„ู… ู…ู† ุตู„ุงุชู‡ ู‚ุงู„ ู„ู‡ ุฎุจّุงุจ: ูŠุง ุฑุณูˆู„ 
ุงู„ู„ู‡ ุจุฃุจูŠ ุฃู†ุช ูˆุฃู…ูŠ ู„ู‚ุฏ ุตู„ูŠุช ุงู„ู„ูŠู„ุฉ ุตู„ุงุฉ ู…ุง ุฑุฃูŠุชูƒ ุตู„ูŠุช ู†ุญูˆู‡ุง؟ ูู‚ุงู„: ุฃุฌู„ ุฅู†ู‡ุง ุตู„ุงุฉ ุฑุบุจ ูˆุฑู‡ุจ، 
[ูˆุฅู†ูŠ] ุณุฃู„ุช ุฑุจูŠ ุนุฒ ูˆุฌู„ ุซู„ุงุซ ุฎุตุงู„، ูุฃุนุทุงู†ูŠ ุงุซู†ุชูŠู†، ูˆู…ู†ุนู†ูŠ ูˆุงุญุฏุฉ: ุณุฃู„ุช ุฑุจูŠ ุฃู† ู„ุง ูŠู‡ู„ูƒู†ุง ุจู…ุง 
ุฃู‡ู„ูƒ ุจู‡ ุงู„ุฃู…ู… ู‚ุจู„ู†ุง (ูˆููŠ ู„ูุธ: ุฃู† ู„ุง ูŠู‡ู„ูƒ ุฃู…ุชูŠ ุจุณู†ุฉ) ูุฃุนุทุงู†ูŠู‡ุง، 
ูˆุณุฃู„ุช ุฑุจูŠ ุนุฒ ูˆุฌู„ ุฃู† ู„ุง ูŠุธู‡ุฑ ุนู„ูŠู†ุง ุนุฏُّูˆุงً ู…ู† ุบูŠุฑู†ุง ูุฃุนุทุงู†ูŠู‡ุง، ูˆุณุฃู„ุช ุฑุจูŠ ุฃู† ู„ุง ูŠُู„ุจุณู†ุง ุดูŠุนุงً ูู…ู†ุนู†ูŠู‡ุง"0
ูˆ "ู‚ุงู… ู„ูŠู„ุฉ ุจุขูŠุฉ ูŠุฑุฏุฏู‡ุง ุญุชู‰ ุฃุตุจุญ ูˆู‡ูŠ: (ุฅِู† ุชُุนَุฐِّุจْู‡ُู…ْ ูَุฅِู†َّู‡ُู…ْ ุนِุจَุงุฏُูƒَ ูˆَุฅِู† ุชَุบْูِุฑْ ู„َู‡ُู…ْ ูَุฅِู†َّูƒَ ุฃَู†ุชَ ุงู„ْุนَุฒِูŠุฒُ ุงู„ْุญَูƒِูŠู…ُ 5: 118) [ ุจู‡ุง ูŠุฑูƒุน، ูˆุจู‡ุง ูŠุณุฌุฏ، ูˆุจู‡ุง ูŠุฏุนูˆ]،[ ูู„ู…ุง ุฃุตุจุญ ู‚ุงู„ ู„ู‡ ุฃุจูˆ ุฐุฑ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ู…ุง ุฒู„ุช 
ุชู‚ุฑุฃ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุขูŠุฉ ุญุชู‰ ุฃุตุจุญุช، ุชุฑูƒุน ุจู‡ุง، ูˆุชุณุฌุฏ ุจู‡ุง]،[ูˆุชุฏุนูˆ ุจู‡ุง]،[ูˆู‚ุฏ ุนู„ู…ูƒ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ู‚ุฑุขู† ูƒู„ู‡]،[ู„ูˆ ูุนู„ ู‡ุฐุง 
ุจุนุถู†ุง ู„ูˆุฌุฏู†ุง ุนู„ูŠู‡؟] [ู‚ุงู„: ุฅู†ูŠ ุณุฃู„ุช ุฑุจูŠ ุนุฒ ูˆุฌู„ ุงู„ุดูุงุนุฉ ู„ุฃู…ุชูŠ، ูุฃุนุทุงู†ูŠู‡ุง، ูˆู‡ูŠ ู†ุงุฆู„ุฉ ุฅู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ 
ู„ู…ู† ู„ุง ูŠุดุฑูƒ ุจุงู„ู„ู‡ ุดูŠุฆุงً"0
ูˆ "ู‚ุงู„ ู„ู‡ ุฑุฌู„: ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุฅู† ู„ูŠ ุฌุงุฑุง ูŠู‚ูˆู… ุงู„ู„ูŠู„ ูˆู„ุง ูŠู‚ุฑุฃ ุฅู„ุง (ู‚ู„ ู‡ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญุฏ112: 4)، [ูŠุฑุฏุฏู‡ุง] [ู„ุง ูŠุฒูŠุฏ 
ุนู„ูŠู‡ุง] ูƒุฃู†ู‡ ูŠู‚ู„ู„ู‡ุง، ูู‚ุงู„ ู„ู‡ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ูˆุงู„ุฐูŠ ู†ูุณูŠ ุจูŠุฏู‡ ุฅู†ู‡ุง ู„ุชุนุฏู„ ุซู„ุซ ุงู„ู‚ุฑุขู†"0
 
 
7- ุตู„ุงุฉ ุงู„ูˆุชุฑ:
"ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰(ุณุจุญ ุงุณู… ุฑุจูƒ ุงู„ุฃุนู„ู‰ 87: 19) ูˆููŠ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ
 (ู‚ู„ ูŠุง ุฃูŠู‡ุง ุงู„ูƒุงูุฑูˆู† 109: 6) ูˆููŠ ุงู„ุซุงู„ุซุฉ (ู‚ู„ ู‡ูˆ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญุฏ112: 4)0
ูˆูƒุงู† ูŠุถูŠู ุฅู„ูŠู‡ุง ุฃุญูŠุงู†ุง: (ู‚ู„ ุฃุนูˆุฐ ุจุฑุจ ุงู„ูู„ู‚ 113: 5) ูˆ (ู‚ู„ ุฃุนูˆุฐ ุจุฑุจ ุงู„ู†ุงุณ 114: 6)0
ูˆู…ุฑุฉ "ู‚ุฑุฃ ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุซุงู„ุซุฉ ุจู…ุงุฆุฉ ุขูŠุฉ ู…ู† ุงู„ู†ุณุงุก4: 176"0
ูˆุฃู…ุง ุงู„ุฑูƒุนุชุงู† ุจุนุฏ ุงู„ูˆุชุฑ(10) ููƒุงู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ู…ุง (ุฅุฐุง ุฒู„ุฒู„ุช ุงู„ุฃุฑุถ 99: 8) ูˆ(ู‚ู„ ูŠุง ุฃูŠู‡ุง ุงู„ูƒุงูุฑูˆู†)0
 
 
8- ุตู„ุงุฉ ุงู„ุฌู…ุนุฉ:
"ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุฑุฃ- ุฃุญูŠุงู†ุง - ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ุจุณูˆุฑุฉ (ุงู„ุฌู…ุนุฉ 62: 11) ูˆููŠ ุงู„ุฃุฎุฑู‰: (ุฅุฐุง 
ุฌุงุกูƒ ุงู„ู…ู†ุงูู‚ูˆู†63: 11)، ูˆุชุงุฑุฉ ูŠู‚ุฑุฃ- ุจุฏู„ู‡ุง-: (ู‡ู„ ุฃุชุงูƒ ุญุฏูŠุซ ุงู„ุบุงุดูŠุฉ 88: 26)0
ูˆุฃุญูŠุงู†ุง "ูŠู‚ุฑุฃ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ู‰: (ุณุจุญ ุงุณู… ุฑุจูƒ ุงู„ุฃุนู„ู‰ 87: 19) ูˆููŠ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ: (ู‡ู„ ุฃุชุงูƒ)"0
 
 
9- ุตู„ุงุฉ ุงู„ุนูŠุฏูŠู†: 
"ูƒุงู† ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ุฑุฃ - ุฃุญูŠุงู†ุง - ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ู‰: (ุณุจุญ ุงุณู… ุฑุจูƒ ุงู„ุฃุนู„ู‰) ูˆููŠ ุงู„ุฃุฎุฑู‰: (ู‡ู„ ุฃุชุงูƒ)"0
ูˆ -ุฃุญูŠุงู†ุง- "ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ู…ุง ุจ(ู‚ ูˆุงู„ู‚ุฑุขู† ุงู„ู…ุฌูŠุฏ50: 45) ูˆ (ุงู‚ุชุฑุจุช ุงู„ุณุงุนุฉ54: 55)"0
 
 
10- ุตู„ุงุฉ ุงู„ุฌู†ุงุฒุฉ:
"ุงู„ุณู†ุฉ ุฃู† ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ุง ุจ(ูุงุชุญุฉ ุงู„ูƒุชุงุจ)(11) [ ูˆุณูˆุฑุฉ]"(12) 0
ูˆ"ูŠุฎุงูุช ููŠู‡ุง ู…ุฎุงูุชู‡, ุจุนุฏ ุงู„ุชูƒุจูŠุฑุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰"0
 
________________________________________
(1): ู‡ูŠ ุงู„ุณุจุน ุงู„ุฃุฎูŠุฑุฉ ู…ู† ุงู„ู‚ุฑุขู† ูˆุฃูˆู„ู‡ (ู‚) ุนู„ู‰ ุงู„ุฃุตุญ ูƒู…ุง ุชู‚ุฏู…0 
(2): ูˆุงู„ุธุงู‡ุฑ ุฃู†ู‡ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุณู„ุงู… ูุนู„ ุฐู„ูƒ ุนู…ุฏุงً ู„ู„ุชุดุฑูŠุน0
(3): ุฃู…ุง ุฐูƒุฑ ู…ูˆุณู‰ ูู‡ูŠ ููŠ ู‚ูˆู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰: ((ุซُู…َّ ุฃَุฑْุณَู„ْู†َุง ู…ُูˆุณَู‰ ูˆَุฃَุฎَุงู‡ُ ู‡َุงุฑُูˆู†َ ุจِุขูŠَุงุชِู†َุง ูˆَุณُู„ْุทَุงู†ٍ ู…ُّุจِูŠู†ٍ))، ูˆุฃู…ุง ุนูŠุณู‰ ูููŠ ุงู„ุขูŠุฉ ุงู„ุชูŠ ุจุนุฏ ู‡ุฐู‡ ุจุฃุฑุจุน ุขูŠุงุช: ((ูˆَุฌَุนَู„ْู†َุง ุงุจْู†َ ู…َุฑْูŠَู…َ ูˆَุฃُู…َّู‡ُ ุขูŠَุฉً ูˆَุขูˆَูŠْู†َุงู‡ُู…َุข ุฅِู„َู‰ ุฑَุจْูˆَุฉٍ ุฐَุงุชِ ู‚َุฑَุงุฑٍ ูˆَู…َุนِูŠู†ٍ))0
(4): ุฃุญู…ุฏ ูˆู…ุณู„ู…، ูˆููŠ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุฏู„ูŠู„ ุนู„ู‰ ุฃู† ุงู„ุฒูŠุงุฏุฉ ุนู„ู‰ ุงู„ูุงุชุญุฉ ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุงู„ุฃุฎูŠุฑุชูŠู† ุณู†ุฉ، ูˆุนู„ูŠู‡ 
ุฌู…ุน ู…ู† ุงู„ุตุญุงุจุฉ، ู…ู†ู‡ู… ุฃุจูˆ ุจูƒุฑ ุงู„ุตุฏูŠู‚ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡، ูˆู‡ูˆ ู‚ูˆู„ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุดุงูุนูŠ ุณูˆุงุก ุฐู„ูƒ ููŠ ุงู„ุธู‡ุฑ 
ุฃูˆ ุบูŠุฑู‡ุง، ูˆุฃุฎุฐ ุจู‡ ู…ู† ุนู„ู…ุงุฆู†ุง ุงู„ู…ุชุฃุฎุฑูŠู† ุฃุจูˆ ุงู„ุญุณู†ุงุช ุงู„ู„ูƒู†ูˆูŠ ููŠ "ุงู„ุชุนู„ูŠู‚ ุงู„ู…ู…ุฌุฏ ุนู„ู‰ ู…ูˆุทุฃ ู…ุญู…ุฏ" (ุต102) ูˆู‚ุงู„:
"ูˆุฃุบุฑุจ ุจุนุถ ุฃุตุญุงุจู†ุง ุญูŠุซ ุฃูˆุฌุจูˆุง ุณุฌูˆุฏ ุงู„ุณู‡ูˆ ุจู‚ุฑุงุกุฉ ุณูˆุฑุฉ ููŠ ุงู„ุฃุฎุฑูŠูŠู†، ูˆู‚ุฏ ุฑุฏَّู‡ ุดุฑุงุญ "ุงู„ู…ู†ูŠุฉ": 
ุฅุจุฑุงู‡ูŠู… ุงู„ุญู„ุจูŠ، ูˆุงุจู† ุฃู…ูŠุฑ ุญุงุฌ ูˆุบูŠุฑู‡ู…ุง ุจุฃุญุณู† ุฑุฏ، ูˆู„ุง ุดูƒ ููŠ ุฃู† ู…ู† ู‚ุงู„ ุจุฐู„ูƒ ู„ู… ูŠุจู„ุบู‡ ุงู„ุญุฏูŠุซ ูˆู„ูˆ 
ุจู„ุบู‡ ู„ู… ูŠุชููˆู‡ ุจู‡"0
(5): ุฃูŠ ุจุฃุทูˆู„ ุงู„ุณูˆุฑุชูŠู† ุงู„ุทูˆูŠู„ุชูŠู†، ูˆ "ุทูˆู„ู‰" ุชุฃู†ูŠุซ "ุฃุทูˆู„" ูˆ "ุงู„ุทูˆู„ูŠูŠู†" ุชุซู†ูŠุฉ ุทูˆู„ู‰ ูˆู‡ู…ุง "ุงู„ุฃุนุฑุงู" 
ุงุชูุงู‚ุง ูˆ "ุงู„ุฃู†ุนุงู…" ุนู„ู‰ ุงู„ุฃุฑุฌุญ ูƒู…ุง ููŠ "ูุชุญ ุงู„ุจุงุฑูŠ"0
(6): ู‡ูƒุฐุง ุงู„ุฑูˆุงูŠุฉ ุจุชู‚ุฏูŠู… ุงู„ู†ุณุงุก ุนู„ู‰ ุขู„ ุนู…ุฑุงู†، ูˆู‡ูˆ ุฏู„ูŠู„ ุนู„ู‰ ุฌูˆุงุฒ ุชุฑูƒ ู…ุฑุงุนุงุฉ ุชุฑุชูŠุจ ุงู„ู…ุตุญู ุงู„ุนุซู…ุงู†ูŠ 
ููŠ ุงู„ู‚ุฑุงุกุฉ، ูˆู…ุถู‰ ู…ุซู„ู‡(ุต75)0
(7): ูˆููŠ ุฑูˆุงูŠุฉ "ุงู„ุทูˆู„" ู‚ุงู„ ุงุจู† ุงู„ุฃุซูŠุฑ: "ุจุงู„ุถู… ุฌู…ุน ุงู„ุทูˆู„ู‰ ู…ุซู„ ุงู„ูƒุจุฑู‰ ูˆุงู„ูƒุจุฑ، ูˆุงู„ุณุจุน ุงู„ุทูˆุงู„ ู‡ูŠ 
ุงู„ุจู‚ุฑุฉ ูˆุขู„ ุนู…ุฑุงู† ูˆุงู„ู†ุณุงุก ูˆุงู„ู…ุงุฆุฏุฉ ูˆุงู„ุฃู†ุนุงู… ูˆุงู„ุฃุนุฑุงู ูˆุงู„ุชูˆุจุฉ"0
(8): ุจูƒุณุฑ ุงู„ุดูŠู† ุงู„ู…ุนุฌู…ุฉ ูˆุชุดุฏูŠุฏ ุงู„ุฑุงุก: ู‡ูŠ ุงู„ู†ุดุงุท ูˆุงู„ู‡ู…ุฉ، ูˆุดุฑุฉ ุงู„ุดุจุงุจ: ุฃูˆู„ู‡ ูˆุญุฏุชู‡، ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุทุญุงูˆูŠ:
"ู‡ูŠ ุงู„ุญุฏุฉ ููŠ ุงู„ุฃู…ูˆุฑ ุงู„ุชูŠ ูŠุฑูŠุฏู‡ุง ุงู„ู…ุณู„ูˆู† ู…ู† ุฃู†ูุณู‡ู… ููŠ ุฃุนู…ุงู„ู‡ู… ุงู„ุชูŠ ูŠุชู‚ุฑุจูˆู† ุจู‡ุง ุฅู„ู‰ ุฑุจู‡ู… 
ุนุฒ ูˆุฌู„، ูˆุฅู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃุญุจ ู…ู†ู‡ู… ููŠู‡ุง ู…ุง ุฏูˆู† ุงู„ุญุฏุฉ ุงู„ุชูŠ ู„ุง ุจุฏ ู„ู‡ู… ู…ู† ุงู„ู‚ุตุฑ 
ุนู†ู‡ุง ูˆุงู„ุฎุฑูˆุฌ ู…ู†ู‡ุง ุฅู„ู‰ ุบูŠุฑู‡ุง، ูˆุฃู…ุฑ ุจุงู„ุชู…ุณูƒ ู…ู† ุงู„ุฃุนู…ุงู„ ุงู„ุตุงู„ุญุฉ ุจู…ุง ู‚ุฏ ูŠุฌูˆุฒ ุฏูˆุงู…ู‡ู… ุนู„ูŠู‡ ูˆู„ุฒูˆู…ู‡ู… ุฅูŠุงู‡ 
ุญุชู‰ ูŠู„ู‚ูˆุง ุฑุจู‡ู… ุนุฒ ูˆุฌู„، ูˆุฑูˆูŠ ุนู†ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŠ ูƒุดู ุฐู„ูƒ ุงู„ู…ุนู†ู‰ ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„: "ุฃุญุจ 
ุงู„ุฃุนู…ุงู„ ุฅู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุฃุฏูˆู…ู‡ุง ูˆุฅู† ู‚ู„"0
ู‚ู„ุช: ูˆู‡ุฐุง ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ุฐูŠ ุตุฏุฑู‡ ุจู‚ูˆู„ู‡: "ุฑูˆูŠ" ุตุญูŠุญ ู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡ ู…ู† ุญุฏูŠุซ ุนุงุฆุดุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง0
(9): ู…ุณู„ู… ูˆุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ0 ู‚ู„ุช: ูˆู„ู‡ุฐุง ุงู„ุญุฏูŠุซ ูˆุบูŠุฑู‡ ูŠูƒุฑู‡ ุฅุญูŠุงุก ุงู„ู„ูŠู„ ูƒู„ู‡ ุฏุงุฆู…ุง ุฃูˆ ุบุงู„ุจุง، ู„ุฃู†ู‡ ุฎู„ุงู ู„ุณู†ุชู‡ 
ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…، ูˆู„ูˆ ูƒุงู† ุฅุญูŠุงุก ูƒู„ ุงู„ู„ูŠู„ ุฃูุถู„ ู„ู…ุง ูุงุชู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…0 ูˆุฎูŠุฑ ุงู„ู‡ุฏูŠ ู‡ุฏูŠ ู…ุญู…ุฏ0
ูˆู„ุง ุชุบุชุฑ ุจู…ุง ุฑูˆูŠ ุนู† ุฃุจูŠ ุญู†ูŠูุฉ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ุฃู†ู‡ ู…ูƒุซ ุฃุฑุจุนูŠู† ุณู†ุฉ ูŠุตู„ูŠ ุงู„ุตุจุญ ุจูˆุถูˆุก ุงู„ุนุดุงุก! ูุฅู†ู‡ ู…ู…ุง ู„ุง 
ุฃุตู„ ู„ู‡ ุนู†ู‡، ุจู„ ู‚ุงู„ ุงู„ุนู„ุงู…ุฉ ุงู„ููŠุฑูˆุฒ ุฃุจุงุฏูŠ ููŠ "ุงู„ุฑุฏ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุนุชุฑุถ" (44/ 1):  
"ู‡ุฐุง ู…ู† ุฌู…ู„ุฉ ุงู„ุฃูƒุงุฐูŠุจ ุงู„ูˆุงุถุญุฉ ุงู„ุชูŠ ู„ุง ูŠู„ูŠู‚ ู†ุณุจุชู‡ุง ุฅู„ู‰ ุงู„ุฅู…ุงู…، ูู…ุง ููŠ ู‡ุฐุง ูุถูŠู„ุฉ ุชุฐูƒุฑ، ูˆูƒุงู† ุงู„ุฃูˆู„ู‰ 
ุจู…ุซู„ ู‡ุฐุง ุงู„ุฅู…ุงู… ุฃู† ูŠุฃุชูŠ ุจุงู„ุฃูุถู„، ูˆู„ุง ุดูƒ ุฃู† ุชุฌุฏูŠุฏ ุงู„ุทู‡ุงุฑุฉ ู„ูƒู„ ุตู„ุงุฉ ุฃูุถู„ ูˆุฃุชู… ูˆุฃูƒู…ู„: ู‡ุฐุง ุฅู† ุตุญ ุฃู†ู‡ 
ุณู‡ุฑ ุทูˆุงู„ ุงู„ู„ูŠู„ ุฃุฑุจุนูŠู† ุณู†ุฉ ู…ุชูˆุงู„ูŠุฉ! ูˆู‡ุฐุง ุฃู…ุฑ ุจุงู„ู…ุญุงู„ ุฃุดุจู‡، ูˆู‡ูˆ ู…ู† ุฎุฑุงูุงุช ุจุนุถ ุงู„ู…ุชุนุตุจูŠู† ุงู„ุฌู‡ุงู„، 
ู‚ุงู„ูˆู‡ ููŠ ุฃุจูŠ ุญู†ูŠูุฉ ูˆุบูŠุฑู‡، ูˆูƒู„ ุฐู„ูƒ ู…ูƒุฐูˆุจ"0
(10): ุซุจุชุช ู‡ุงุชุงู† ุงู„ุฑูƒุนุชุงู† ููŠ "ุตุญูŠุญ ู…ุณู„ู…" ูˆุบูŠุฑู‡، ูˆู‡ู…ุง ุชู†ุงููŠุงู† ู‚ูˆู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: "ุงุฌุนู„ูˆุง 
ุขุฎุฑ ุตู„ุงุชูƒู… ุจุงู„ู„ูŠู„ ูˆุชุฑุงً"0 ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ูˆู…ุณู„ู…، ูˆู‚ุฏ ุงุฎุชู„ู ุงู„ุนู„ู…ุงุก ููŠ ุงู„ุชูˆููŠู‚ ุจูŠู† ุงู„ุญุฏูŠุซูŠู† ุนู„ู‰ ูˆุฌูˆู‡ 
ู„ู… ูŠุชุฑุฌุญ ุนู†ุฏูŠ ุดูŠุก ู…ู†ู‡ุง، ูˆุงู„ุฃุญูˆุท ุชุฑูƒู‡ู…ุง ุฅุชุจุงุนุง ู„ู„ุฃู…ุฑ0 ูˆุงู„ู„ู‡ ุฃุนู„ู…0  
ุซู… ูˆู‚ูุช ุนู„ู‰ ุญุฏูŠุซ ุตุญูŠุญ ููŠู‡ ุงู„ุฃู…ุฑ ุจุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุจุนุฏ ุงู„ูˆุชุฑ، ูุงุชูู‚ ุงู„ุฃู…ุฑ ู…ุน ุงู„ูุนู„، ูˆุซุจุช ู…ุดุฑูˆุนูŠุฉ 
ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ู„ู„ู†ุงุณ ุฌู…ูŠุนุง، ูˆุงู„ุฃู…ุฑ ุงู„ุฃูˆู„ ูŠุญู…ู„ ุนู„ู‰ ุงู„ุงุณุชุญุจุงุจ ูู„ุง ู…ู†ุงูุงุฉ، ูˆู‚ุฏ ุฎุฑุฌุชู‡ ููŠ "ุงู„ุตุญูŠุญุฉ" (1993)0
(11): ูˆู‡ุฐุง ู‚ูˆู„ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุดุงูุนูŠ ูˆุฃุญู…ุฏ ูˆุฅุณุญุงู‚، ูˆุจู‡ ุฃุฎุฐ ุจุนุถ ุงู„ู…ุญู‚ู‚ูŠู† ู…ู† ุงู„ุญู†ููŠุฉ ุงู„ู…ุชุฃุฎุฑูŠู†، ูˆุฃู…ุง 
ู‚ุฑุงุกุฉ ุงู„ุณูˆุฑุฉ ุจุนุฏู‡ุง ูู‡ูˆ ูˆุฌู‡ ุนู†ุฏ ุงู„ุดุงูุนูŠุฉ ูˆู‡ูˆ ุงู„ูˆุฌู‡ ุงู„ุญู‚0
(12): ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ูˆุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุงู„ู†ุณุงุฆูŠ ูˆุงุจู† ุงู„ุฌุงุฒูˆุฏ، ูˆู„ูŠุณุช ุงู„ุฒูŠุงุฏุฉ ุดุงุฐุฉ ูƒู…ุง ุฒุนู… ุงู„ุชูˆูŠุฌ


Rumik Kamari Bedo


Oleh : bujangsetia.blogspot.com



Lapau Uwo Pulin agak langang dari hari-hari biasonyo. Ajo Tondeh, Pak Osu, Kudun, Malin Kacindin sarato Uncu Labai indak nampak batang iduangnyo. Manuruik kaba dari Uwo, urang-urang tu pulang kampuang dan ado pulo nan pai ziarah ka kubua kaluarganyo di Tunggua Hitam. “Biaso, kalau manjalang bulan puaso ko kan paralu awak baziarah ka kubua urang gaek awak surang-surang,” kato Uwo Pulin manjawek tanyo dari Angah Piyan nan baru sajo sampai di lapau tu. “Iyolah! Itu paralu. Awak indak hanyo mamintak maaf ka kaluarga nan masih iduik, tapi juo paralu ka arwah kaluarga awak nan lah labiah daulu. Apolai kalau itu urangtuo awak nan lah mandaului. Karano, salamo-lamo iduik, awak juo ka sampai di sinan. Kan bantuak itu ndak Tan?” Baleh Angah mampaiyokan ka Tan Baro.

Tan Baro cuma maangguak tando sapaham jo pandapek kawannyo tu. Pandangan matonyo taruih juo ka surek kaba nan sadang dibaconyo. Ciek kato indak dilampaui mambaconyo.

“Apo barita kini ko? Agak sarius bana Tan Baro mambaco nampak dek ambo,” Angah batanyo sasudah mancurahan saparo kopi ka piriang tadah nan baru sajo diidangkan dek urang punyo lapau tu.

“Nan angek bana indak ado doh. Cuma ado nan manarik dek ambo, yaitu nasib urang-urang nan dikubuakan di Tunggua Hitam,” jawek Tan Baro.

“Baa tu?” Angah manyasak.

“Buruak bana nasibnyo nampak dek ambo,” jawek Tan Baro baliak.

“Yo, baa tu?” Angah samakin panasaran.

“Cubo bayangkan dek Angah, lah mati, lah jadi tulang jo tangkurak dan bahkan lah jadi tanah lo liak di dalam kubua, kanai gusur juo lai. Padohal, katiko iduik, banyak pulo nan tiok sabanta kanai gusur dek Satpol pe-pe, ulah manggaleh di sumbarang tampek,” kato Tan Baro jo suaro nan agak lambek.

“Ah, nan ka iyo-iyo se lah, Tan? Maso iyo urang dalam kubua diusie atau digusur juo. Apo salahnyo?” Udin Kuriak nan dari tadi cuma sabagai pandanga, sato juo batanyo.

“Nan salah indak urang nan dalam kubua tu doh, tapi kaluarganyo. Seyo, kontrak atau pajak kubua tu indak dibayia, mako tapasolah tulang jo tangkuraknyo jadi korban,” jawek Tan Baro.

“Katalaluan bana kalau bantuak itu mah. Maso iyo urang dalam kubua digusur juo. Dima lataknyo manusiawi awak?” Udin mangecek baliak.

“Kato pamarentah, itu aturan!” Baleh Tan Baro.
“Aturan tu nan mambuek kan manusia ndak? Kalau manusia, ambo raso masih bisa diubah. Kalau indak diubah, tantu samakin rumik dan samakin bedo manusia-manusia di nagari ko dibueknyo. Sudahlah katiko iduik marasai, tibo di liang kubua diusie-digusur pulo,” kasudahannyo Angah Piyan mangaluakan pandapeknyo. Nampak inyo agak emosi.

“Kalau itu kajadiannyo, yo rumik awak manjadi pauni nagari ko mah,” Kari Garejoh lah sato pulo mangecek.

“Kalau nan bantuak Kari ko maningga, ndak paralu bana kubua doh,” salo Uwo Pulin.

“Baa tu?” Tanyo Udin.

“Ambauan se ka dalam lawik tu, bia dimakan hiu,” baleh Uwo.

Kari nan dipagarahan bantuak itu hanyo bisa galak masam se. Maklum, namonyo di lapau tantulah ado garah jo kucindan dan itu disadari bana dek Kari. Apolai salamo ko inyo tamasuak urang nan suko mampagarahan kawan-kawannyo di lapau tu. Espe St.Soeleman



TITIAN BATAKUAK

Kamari bedo parasaan Sabai Nan Aluih kutiko inyo didatangi dek urang padusi mandukuang anak ketek mintak sidakah. Indak kadiagiah sidakah, Sabai maraso badoso, maraso manjadi urang nan indak namuah manoloang urang susah. Kok ka diagiah sidakah, Sabai tahu bana, anak ketek nan didukuang padusi tu bukan anak padusi tu doh. Lah tigo kali Sabai basobok jo padusi tu, satiok basobok balain-lain anak ketek nan dibaonyo. Kutiko Sabai sadang tabedo tu, datang Mangkutak. 

"Baa kok tamanuang aciak mancaliak urang padusi tu pai? Lai aciak agiah sidakah? Kan ibo awak dek anaknyo ndak ciak, " kato Mangkutak. 

"Nan jadi persoalan dek Ai bukan maagiah sidakah atau indak. Tapi padusi tu sangajo mambao anak ketek, supayo Ai ibo. Kalau Ai ibo, Ai tantu musti maagiah sidakah. Ai marasoan, padusi tu sangajo manjadian anak ketek tu sebagai alat untuk manguras raso ibo Ai. Itu nan indak satuju Ai," jawek Sabai. 

"Iyo baitu caro urang mangumpuakan kepeang kini ciak. Cubo aciak bayangkan. Kutiko Istano Basa nan di Padang Siminyak tu lah jadi abu dek tabaka ditembak patuih, kabanyo sado urang Minang tasentak. Maraso kahilangan kebanggaan. Kutiko tu langsuang diputuskan dek pamarentah untuk mambangun baliak istano basa tu," kato Mangkutak. 

"Baa mako musti? Kan pitih sangaik diparaluan dek urang Minang nan manjadi korban gampo? Rumah sikola, musajik, rumah rakyat runtuah, jalan rangkah, ado nan mati, ado nan tatimbun. Kan itu nan musti awak dauluan daripado mambangun Istana tu?" kato Sabai. 

"Itu batua ciak. Batua bana pikiran aciak tu. Dauluan urang nan menderita daripado mambuek bangunan mewah nan indak jaleh gunonyo dek urang banyak," kato Mangkutak. "Tapi ciak, pamarentah labiah mamaraluan mangumpua pitih untuak mambangun istana rajo tu. Tahu aciak sababnyo?" tanyo Mangkutak. 

"Apo tu sababnyo?" tanyo Sabai. 

"Saroman padusi nan mambao anak ketek tadi tulah. Kalau emosi awak tapanciang, lupo awak bahaso padusi tu lah mangicuah awak. Awak agiah sidakah, padohal anak nan nyo bao tu anak urang nan diseonyo. Mambangun Istano Basa baitu pulo. Tapanciang emosi urang Minang, aka ilang, langsuang manyumbang baratuih juta. Samantaro Istano Basa tu isinyo kicuah se sajak dulu," kato Mangkutak. 

"Kicuah baa?" tanyo Sabai tagagau. 

"Lai ka mungkin dek aciak, boto wisky dikecek an benda sejarah? Padohal boto wisky tu mungkin tatingga di Istano tu dek pareman nan mabuak-mabuak di sinan. O, banyak lai ciak kok waden caritokan sadonyo. Kini baitulah, cubo aciak pikie, jo pikiran sehat, jo pikiran waras. Apo bana paralunyo mambangun baliak istano rajo tu capek-capek. Saroman urang Minang ko ka cilako bisuak pagi, kalau indak dibangun istano kini-kini," kato Mangkutak. 

"Manuruik analisa Ai, kalau memang baitu kandak pamarentah tantu ado udang di baliak batu. Sagalo urang Minang lah tapakiak mintak bantuan dek gampo, tapi nan pamarentah basikareh nak mambangun istano basa salakeh-lakehnyo. Ado apo?" kato Sabai sambia mamiciak-miciak kaniangnyo. 

"Jaan jaan iko samacam titian barakuak ndak ciak?" kato Mangkutak. 

"Titian barakuak baa?" tanyo Sabai. 

"Kalau pamarentah basikareh juo nak mambangun baliak istano rajo tu samantaro masyarakat Minang ko sadang maluluang panjang kadinginan, indak cukuik makan dek karano sagalo harato bando abih dek gampo, tantu masyarakat indak puas jo caro karajo pamarentah. Pamarentah tu manuruik urang banyak ko adolah gubernur. Kalau tajadi katidakpuasan tu, tantu gubernur ko akan dibanci urang, indak ka namuah urang mamatuhi aturannyo lai doh," kato Mangkutak. 

"O, jadi ado urang lain nan sadang mancubo manjatuahan gubernur, baitu? Itu nan waang mukasuik jo titian barakuak?" tanyo Sabai. Mangkutak maangguak. 

"Ciek lai ciak. Kalau gubernur basikareh nak mambangun baliak istano basa tu, tantu persoalan tanah musti capek disalasaian. Kalau tanah bamasalah, tantu dibuek aka supayo baa sagalo tanah nan ado di sinan dapek disalasaian. Samantaro, tanah nan sakaliliang istano tu lah dipajua balian jo sertifikat palasu. Jadi, soal tanah nan alah dilego tu tatimbun dek usaho gubernur manyalasaian tanah tu," kato Mangkutak. 

"Iyo, iyo. Saroman iklan minyak pelumas pertamina di tipi tumah Mang. Kita untung bangsa untung! Ha, ha," kato Sabai sambia galak gadang.(wisran hadi)

Peranan Pemuda dalam Islam



 oleh : Adi Mansah Alfaruq

Sudah menjadi sunnatullah jika di setiap masa akan tumbuh pemuda-pemuda yang kelak dibimbing seorang ulama pembaharu (mujaddid). Senantiasa melakukan berbagai bentuk pembaharuan dalam mencairkan kebekuan yang ada pada masa tersebut. Berbagai bentuk kebekuan itu antara lain: kebekuan pemikiran, kebekuan pergerakan, kebekuan kepemimpinan dan lain-lain.
Sepanjang gerakan pembaharuan yang dilakukan berada pada koridor atau rambu-rambu syariat dan untuk kemuliaan islam (izzatul islam), hal tersebut perlu mendapat dukungan kaum muslimin. Tetapi sebaliknya, jika gerakan tersebut telah keluar dari koridor syariat serta bertentangan dengan Alquran dan Assunnah, seluruh kaum muslimin hendaknya berdiri dalam satu barisan menentang arus gerakan tersebut.
Salah satu elemen pendukung pembaharuan yang sangat potensial adalah para pemuda. Selain usia muda merupakan fase berkumpulnya kekuatan (potensi) yang maksimal, mereka juga merupakan orang-orang yang dikenal memiliki idealisme tinggi, tidak memiliki beban dan sangat objektif dalam menyuarakan setiap aspirasi, meski harus diakui adanya kelemahan terutama kematangan berpikir dan minimnya pengalaman.
Islam menempatkan pemuda pada tatanan yang sangat strategis dalam melakukan berbagai perubahan menuju kejayaan umat.

 
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”
(QS. Al-Kahfi/18 : 13)

Ayat ini mengisahkan para pemuda ashabul kahfi (penghuni gua) yang lari menjauhi kaumnya untuk menyelamatkan aqidahnya dan tidak mau mengikuti arus kesesatan karena mereka tegar memegang prinsip kebenaran.

“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. 
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.
Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang lalim." 
Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." 
(QS. Al-Anbiyaa/21:57- 60)

Kisah Nabiyullah Ibrahim as adalah kisah yang sangat agung karena dapat dipetik begitu banyak pelajaran (ibrah). 
Seorang pemuda dengan kecerdasan dan keberaniannya menghancurkan seluruh berhala yang ada pada saat itu. 
Yang menjadi pertanyaan, apakah berhala-berhala tersebut masih ada di zaman modern sekarang ini? Bagaimana jika seseorang yang terlalu membanggakan kemampuan logika akalnya sampai mengkultuskan hingga mempertuhankan hasil buatan pemikiran logika akalnya? Apakah itu berhala juga? Apakah jahiliyah hanya terjadi pada masa Rosulullah SAW? 
Jahiliyah kaum Quraisy bukan mereka tidak percaya kepada Allah SWT tapi karena mereka telalu mengkultuskan Latta dan Hujja yang merupakan orang saleh pada masa itu, yang setelah meninggal dunia dibuat patungnya. 
Pada masa Nabi Nuh juga diketahui bahwa Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq, dan Nasr adalah nama-nama orang saleh. Ketika mereka meniggal, syetan memberikan ilham kepada masyarakat setempat agar mereka membuat patung-patung dengan nama-nama itu. 
Pada mulanya tidak disembah tapi lama-kelamaan akhirnya menjadi sembahan. Lalu, bagaimana hukum hasil buatan manusia melalui akal pikirannya yang terbatas, apakah ada persamaannya dengan berhala? 

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki?
dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”
(QS. Al-Ma’idah/5: 50)

Islam memang memberikan perhatian yang begitu besar kepada pemuda. Para sahabat usianya lebih muda, bahkan ada yang jauh lebih muda dari Nabi Muhammad SAW, tetapi Beliau tidak segan-segan memberi tugas atau kepercayaan kepada sahabatnya.
Usama bin Zaid diberikan kepercayaan menjadi Panglima Perang di usianya yang baru sekitar 16 tahun. Ia merupakan satu-satunya Panglima Perang termuda sampai saat ini. 
Realita yang terjadi saat ini, di Palestina, peranan pemuda menjadi sangat penting sebagai penggerak perjuangan melawan penjajah zionis Israel demi mempertahankan Al Aqsha yang merupakan simbol eksintensi ummat Islam di seluruh dunia. 
Pemuda jualah yang menjadi salah satu pilar penopang aktivitas dan kemakmuran sebuah masjid. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi dan nasib sebuah masjid tanpa aktivitas pemudanya. 
Masa depan masjid itu menjadi suram, karena salah satu tolok ukur bagaimana keadaan masjid pada lima, sepuluh, dua puluh atau tiga puluh tahun mendatang tergantung pada kondisi pemuda masjidnya di masa sekarang.
Tentunya sebagian kecil dari banyak kisah peranan pemuda yang tangguh dalam islam memberikan hikmah dan ibrah bagi kita semua, serta menggugah semangat para pemuda untuk bekerja keras lagi menuju perbaikan ummat demi tercapainya kejayaan dan kemuliaan islam (izzatul islam).

Wallahu a’lam Bish-showwab...




Memulai dari Hati

Dalam kehidupan yang kita jalani, kita temukan beberapa orang begitu dekat dengan jiwa kita dan beberapa orang yang lain agak terasa jauh. Dengan yang dekat terasa sekali adanya keterbukaan, saling memahami, saling memberi, memaklumi dan saling menghargai. Adapun yang terasa jauh, terasa sulit pula hubungan itu dibina. Seakan ada hijab yang membatasi hubungan itu. Yang dekat bermula dari saling kenal, menemukan adanya kesesuaian hati, pikiran dan seterusnya tumbuh rasa cinta hingga terbina sebuah hubungan yang erat. Bukan karena jarak yang dekat, bukan adanya kesamaan fisik yang menjadi dasar terbina kedekatan itu tapi hati telah menyatu dan saling bertemu.Seseorang yang bisa mengambil hati orang lain, orang tersebut akan dicintai dan disayangi. Seorang laki-laki yang punya perhatian pada seorang wanita, wanita itu akan luluh hatinya hingga timbullah rasa cinta dan ingin untuk selalu dekat. Seorang suami yang pandai mengambil hati istri ia akan disayangi oleh istri. Seorang ayah yang mengerti dengan keadaan anaknya, bisa mengambil hatinya, anak tersebut akan cinta pada ayahnya.

Semuanya bermula dari hati.

Hati bagai seorang raja yang mengepalai angkatan perangnya. Ia berhak memerintah, berkehendak dan memaksa maupun melarang sekehendaknya. Ketika seorang bapak melihat dari tingkah laku anaknya yang kurang baik, bapak yang mengerti akan mulai masuk kedalam hati anak, ia mencoba menyelami keinginan dan jiwanya, ketika bapak bisa memahami sang anak dan hati anak telah dapat dikuasainya, bapak tadi akan mudah mengarahkan anak tadi pada keinginannya.

Seorang pimpinan perusahaan yang pandai mengambil hati karyawannya, ia akan dihormati dan disegani. Seorang guru yang menguasai ilmu hati akan dicintai dan dekat dengan para muridnya. 
Bila dalam sebuah kerajaan ada seorang Raja yang zalim pada rakyatnya karena beberapa ketentuan yang ia terapkan, maka langkah pertama yang tepat untuk dilakukan adalah dengan mendatangi raja tersebut oleh seorang `alim, bijak dan disegani. Ia secara perlahan mulai menjelaskan dampak negatif dari ketentuan tersebut. Kalau pada pertemuan pertama ia belum bisa menerima, teruskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Dan coba masuk pada jalan lain kedalam hatinya.

Adapun bila mengerahkan rakyat untuk berdemo secara langsung pada Raja, itu bukanlah cara yang tepat. Bahkan bisa berdampak lebih buruk. Raja dengan segala keangkuhannya akan mengerahkan semua prajuritnya untuk menangkap rakyat yang membangkang, mereka akan dihukum, disiksa dan dibunuh.

Sesungguhnya, hati kecil manusia cenderung pada kebenaran, hanya saja diri mereka terkadang dikuasai oleh kebodohan, setan, hawa nafsu, syahwat dan manusia jahat yang ada disekitar dirinya. Ketika ada seorang `alim yang datang dengan cara lembut, hikmah, penuh cinta dan kasih sayang, hati yang keras itupun dengan perlahan akan menjadi lunak juga, insya Allah. 

Allah mengingatkan Rasulullah Saw. untuk tidak bersikap keras dan kasar dalam dakwah beliau, karena hal demikian akan membuat orang-orang menjauh dan berpaling dari beliau. Sehingga sejarah telah mencatat betapa para sahabat begitu mencintai Rasulullah Saw. melebihi kecintaan mereka atas diri mereka sendiri, atas orang tua, anak dan istri mereka, sehingga mereka rela berkorban segala hal untuk beliau, berkorban harta, waktu , tenaga, meninggalkan kesenangan dunia untuk ikut berjihad bersama beliau dan bahkan rela berkorban nyawa melindungi Rasulullah Saw. dari serangan musuh dengan diri mereka dan bahkan juga memerangi orang tua yang menentang dakwah beliau. Semua itu karena Rasulullah Saw. telah dapat menguasai hati para sahabat beliau.

Kembali pada hati, kita tidak akan bisa merubah sikap buruk orang pada kita , tapi rubahlah hatinya pada kita dengan sikap yang lembut padanya, kita juga tak akan bisa merubah sebuah sistem sebelum kita bisa menguasai hati pembuat sistem, sehingga pada nantinya mereka sendiri yang akan memperbaiki kesalahan mereka karena adanya keterpanggilan dari hati mereka.

Manusia juga bukanlah seperti kerbau yang ketika salah, lambat, tidak menurut, lalu di hardik, dipukuli, dibentak dan seterusnya. Tapi manusia punya hati yang didalamnya berkumpul berbagai rasa, keinginan dan kecenderungan. Dan hati sangat sensitif, ia tidak bisa di sikapi dengan cara keras dan kasar. Ia perlu akan adanya kasih sayang, perhatian yang terus menerus, adanya cinta dan penghargaan yang tulus.

Mari kita cobakan pada diri kita, ketika seseorang yang kita kenal begitu baik, perhatian , sering menolong, selalu datang pertama disaat kita butuh, penulis yakin kita pasti akan sayang dan cinta pada orang itu dan kita sangat ingin bisa membalas kebaikan itu dengan yang lebih baik. 
Menguasai hati memang sulit dan perlu kesabaran, karena tidak dinamakan hati melainkan seringnya ia berbolak balik, namun ketika ia telah dikuasai, semuanya akan menjadi mudah, insya Allah. 

Semoga bermanfaat. 

http://www.eramusli m.com/oase- iman/memulai- dari-hati. htm